Jakarta, NU Online
Korps Pergerakan Mahasiswa PMII Putri (Kopri) Komisariat STFI Sadra melakukan diskusi dan bedah Film “Samin vs Semen” di Jakarta pada Jum’at (08/01).
<>
Film dokumenter yang berdurasi 39 menit 26 detik karya Dandhy Laksono ini menceritakan mengenai perlawanan orang-orang Samin terkait dengan pendirian PT Semen Gresik Indonesia dan Indocement Group, di Pati Jawa Tengah.
Dalam film tersebut dikaji bahwa alasan masyarakat Samin menolak adanya pendirian pabrik ini adalah demi kelangsungan kehidupan warga masyarakat yang mayoritas menggantungkan kehidupan mereka dengan bertani. Jika pabrik semen ini berdiri dikhawatirkan akan merusak sistem tanah dan perairan di daerah mereka dan tentu ini akan menjadi permasalahan di kemudian hari.
Menanggapi hal tersebut, salah seorang peserta mengungkapkan bahwa pembangunan di Indonesia haruslah memerhatikan nilai-nilai kearifan lokal.
Yang juga menjadi perhatian dalam kasus ini adalah perjuangan perempuan dalam menyampaikan aspirasinya. Aspirasi yang diteriakkan para perempuan Samin ini menganalogikan bahwa hasil pertanian mereka ibarat ibu bagi mereka yang memberikan kehidupan untuk mereka dan anak cucu di kemudian hari. Inilah yang mereka sebut dengan tanah sebagai ibu pertiwi. Mengutip dari pesan yang disampaikan oleh perempuan Samin ”dhuwek kenek enthek tapi lek lemah yo ora” yang artinya uang bisa habis, tapi tidak untuk tanah. Mereka mempertahankan tanah mereka karena sesuai dengan dasar pemikiran mereka yaitu “kudhu weruh duwe’e dewe” yang artinya kita harus mengetahui apa yang kita miliki. (Della/Mukafi Niam)