Pati, NU Online
Setelah sekian lama harus 'istirahat' lantaran pandemi Covid-19, sejumlah pengurus Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Kabupaten Pati, Jawa Tengah kembali membahas program-programnya untuk kemudian dilaksanakan di tengah pandemi. Pembahasan program ini mengemuka saat rapat koordinasi singkronisasi Program LDNU bersama JRA (Jam'iyah Ruqyah Aswaja), JAMMU, dan LDNU Majelis Wakil Cabang (MWC) se-Kabupaten Pati.
Adapun beberapa program yang disepakati untuk dilaksanakan di antaranya memaksimalkan dakwah digital dengan melakukan siaran langsung di youtube dan sosial media, dakwah di cahaya televisi, salah satu stasiun televisi di Pati, pelatihan dai milenial, dan pengemasan beras serta produksi sari rempah nusantara (jahe merah) untuk menunjang perekonomian organisasi.
Ketua LDNU Kabupaten Pati Ilham Supriyanto menjelaskan, dari beberapa program tersebut yang paling dekat untuk dilaksanakan adalah pelatihan dai milenial, tepatnya pertengahan Agustus mendatang. Menurutnya kaderisasi dai di Pati saat ini sangat dibutuhkan untuk bisa menyampaikan ajaran-ajaran agama Islam kepada masyarakat di beberapa daerah di Pati.
“Akan diselenggarakan di Pesantren Asmaul Husna Gunung Rowo, Sitiluhur, Kecamnatan Gembong. Program ini sebagai persiapan untuk melanjutkan program-program LDNU Pasca Pandemi,” ujarnya di lantai 3 gedung PCNU Pati, Jumat (17/7).
Sementara sasaran peserta dalam pelatihan dai milenial ini adalah warga NU di Kabupaten Pati yang terdiri dari utusan banom-banom NU, seperti Muslimat, Ansor Fatayat, IPNU-IPPNU, mulai kepengurusan tingkat cabang atau kabupaten, kecamatan, desa, hingga di kalangan kampus.
“Dengan adanya pelatihan dai milenial ini diharapkan bisa mencetak kader dai-dai yang mau dan mampu menggunakan teknologi di setiap ceramah, sehingga sekali menyampaikan tausiyah bisa diserap oleh banyak jamaah," imbuhnya.
Dalam memanfaatkan teknologi yang demikian berkembang pesat, sambungnya, dai dituntut untuk kaya inovasi dalam menyusun tema-tema yang menarik dan kekinian, sehingga isi dakwahnya diterima oleh berbagai kalangan.
Yang tak kalah penting juga dai harus bisa mengoperasikan alat-alat dan aplikasi pendukung dalam dakwah digital. "Mereka melakukan dakwah melalui streaming di facebook, youtube, dan lain-lain tanpa harus menunggu disediakan oleh panitia, tetapi dai-dai mendatang mampu dan memiliki alat sendiri sehingga bisa mengoperasikan sendiri tanpa harus menunggu tenaga orang lain,” tambahnya.
Ia mengaku, pandemi benar-benar berdampak serius terhadap organisasi. Ada banyak program organisasi yang harus ditunda, bahkan sebagian program sudah melewati batas waktu yang disepakati oleh pengurus. Kendati demikian, di era new normal pengurus harus merencanakan kembali model dan waktu pelaksanaannya. Tentu dengan tetap mematuhi protokol kesehatan Covid-19 sebagaimana yang dianjurkan pemerintah.
Kontributor: Lintal Muna
Editor: Syamsul Arifin