Maknyusnya Keukarah, Kue Sarang Burung Asal Negeri Serambi Makkah
Ahad, 15 Mei 2022 | 08:00 WIB
Pidie Jaya, NU Online
Aceh bukan hanya terkenal sebagai 'Serambi Makkah'. Provinsi paling barat di Indonesia ini juga dikenal sebagai 'surga kuliner' baik dengan hidangan lauk pauk maupun ragam kue manis yang menggoda.
"Aceh negeri yang kaya dengan ragam keanekaragaman termasuk dunia kuliner. Salah satu kuliner yang unik disebut dengan kue keukarah yang unik berbentuk mirip sarang burung," ungkap Yenny Rahmah, owner Old Shop Sahibur Rahmah kepada NU Online, Sabtu (14/5/2022).
Alumni MUDI Samalanga dan IAIA Samalanga kelahiran Kembang Tanjung Pidie dan salah seorang pengurus Pergunu itu mengatakan Aceh merupakan salah satu daerah di Nusantara yang memiliki tradisi kuliner yang kental. Begitu juga dengan snack atau jajanan ringan.
"Salah satu jajanan tradisional khas Aceh yang masih bertahan hingga saat ini adalah keukarah atau kue karah. Pastry yang manis dan renyah ini sangat cocok menjadi teman saat bersantai sambil menikmati secangkir kopi Tanah Rencong," sambungnya.
Menurut mahasiswi Pascasarjana salah satu kampus di pulau Jawa itu menyebutkan sekilas, tampilan fisiknya seperti jaring berlapis-lapis berwarna putih kecoklatan. Bentuknya pada awalnya mirip dengan gumpalan bihun kering, karena terbuat dari bahan yang sama dengan bihun, yaitu tepung beras .
"Hanya saja keukarah-nya berwarna lebih gelap, dengan aroma karamel yang khas, yang muncul dari gula pasir yang ditambahkan ke dalam adonan. Perpaduan kedua bahan tersebut membuat kue ini memiliki tekstur yang renyah dan rasa yang manis," papar istri dari Tgk. H Mukhlisuddin Marzuki pengurus NU dan peraih penyuluh Agama Islam tingkat nasional itu.
Sosok yang akrab disapa Dek Nyak itu menjelaskan bahwa salah satu cemilan tradisional khas Aceh yang masih bertahan hingga kini adalah keukarah atau kue karah. Kue kering legendaris yang memiliki rasa manis ini kerap hadir saat perayaan adat ataupun saat hari raya. Tapi di hari biasa, kue keukarah dijadikan camilan ringan sambil menikmati kopi.
"Fenomenanya dalam masyarakat bahwa kue keukarah seperti jaring berwarna putih kecokelatan yang berlapis-lapis. Banyak yang menyebut kue ini mirip sarang burung. Keukarah berwarna coklat gelap, dengan aroma khas karamel, yang muncul dari gula pasir yang ditambahkan dalam adonan tepung beras," lanjut putri Almarhum Tgk H Ismail, ahli qiraah, guru dari qari internasional H Muammar.
Ibu rumah tangga lainnya Misniati Munir Asal Pidie Jaya mengatakan komposisi kue keukarah tidak terlalu rumit. Di antara bahannya, paduan dari bahan utama tepung beras dan gula pasir membuat kue kering ini memiliki tekstur yang renyah dan bercita rasa manis.
"Kue keukarah sangat populer di Aceh, tak sedikit para pelancong yang menjadikan kue ini sebagai oleh-oleh," ungkapnya.
Ia menjabarkan, ada dua proses proses pengolahan yang harus dilakukan saat membuat kue keukarah. "Sebelum membuat adonan, lebih dahulu membuat tepung beras. Tepung beras ini diolah dengan cara khusus," kupas alumni MUDI Samalanga itu.
Ibu dari M Sahal Arsyad dan Izzatul Rasyida itu mengatakan sebelum digiling, beras lebih dulu direndam selama satu malam lalu dicuci bersih hingga airnya benar-benar jernih, lalu ditiriskan. Selanjutnya beras ditumbuk secara manual menggunakan lesung sampai benar-benar halus.
"Tepung beras kemudian diayak dan dijemur hingga kering. Tepung beras halus ini kemudian baru bisa diolah jadi bahan baku untuk membuat adonan kue keukarah. Kue keukarah mudah ditemui di kios oleh-oleh khas Aceh yang ada di Banda Aceh. Keukarah juga dapat ditemukan di sekitar objek wisata sejarah seperti, Rumah Cut Nyak Dhien," ulas alumni IAI Al-Aziziyah Samalanga itu.
Wanita asal Blang Dalam Pijay itu mengatakan penyajian kue ini sering dijumpai pada pesta pernikahan karena dijadikan sebagai hantaran dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Selain itu menjelang hari raya atau acara adat dan Kenduri Aceh, kue ini juga tak pernah absen disajikan.
"Biasanya jelang Idul Fitri, Idul Adha, kue keukarah laris manis diborong pembeli. Para pedagang kue keukarah kebanjiran pesanan karena mayoritas orang Aceh menyajikan kue ini di Hari Raya," ujarnya.
Kontributor: Helmi Abu Bakar
Editor: Kendi Setiawan