Daerah

Tradisi Samadiah di Aceh Momentum 'Transfer' Pahala dan Eratkan Silaturahim

Selasa, 10 Mei 2022 | 10:00 WIB

Tradisi Samadiah di Aceh Momentum 'Transfer' Pahala dan Eratkan Silaturahim

Jamaah damadiah Gampong Lamkawe setelah berdoaa dan zikir bersama pada Idul Fitri 1443 Hijriah. (Foto: NU Onlie/Helmi Abu Bakar(

Pidie, NU Online
Salah satu tradisi dalam masyarakat Aceh yang masih kental dan hingga saat ini masih berlaku dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan tradisi samadiah.


"Tradisi samadiah itu merupakan suatu prosesi mendoakan almarhum atau almarhumah yang telah berpulang ke rahmatullah. Ketika ada orang meninggal dunia, keluarga, kerabat, serta sanak saudara beramai-ramai datang berkunjung dan mendoakan agar diberi ampunan dan diterima semua amalannya oleh Allah swt," ungkap Tgk Isafuddin, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh kepada NU Online Selasa (10/5/2022).


Tgk Isafuddin mengatakan pada umumnya kita mengenal tahlilan sebagai makna dari berkunjung dan ramai-ramai berdoa untuk almarhum. Tahlilan adalah ritual keagamaan untuk mendoakan orang yang telah meninggal.


"Samadiyah berasal dari sifat Tuhan, yakni ash-Shamad, tempat bergantung. Secara istilah, samadiyah digunakan masyarakat Aceh untuk menyebut tradisi doa bersama yang dikirimkan kepada orang yang telah meninggal dunia," lanjutnya. 


Alumnus Dayah Mudi Samalanga itu mengatakan disebut samadiyah karena dalam doa tersebut selalu ditonjolkan pembacaan Surat Al-Ikhlas, sementara surat itu menyebut allahush shamad pada ayat kedua. Di beberapa tempat, samadiyah sepadan dengan istilah tahlilan. Isi samadiyah relatif sama dengan di tempat lain, hanya saja pembacaan surat Al-Ikhlas diperbanyak biasanya 33 atau 100 kali.


"Tradisi samadiah atau berdoa untuk orang meninggal disebut khanduri matee (kenduri orang meninggal). Semua ritual itu diselenggarakan oleh ahli waris yang di tinggalkan. Juga dibantu oleh masyarakat gampong setempat. Berikut ini beberapa ritual kenduri pasca kematian yang dikenal dalam adat masyarakat Aceh
Sudah menjadi kebiasaan umat Islam di Aceh, apabila ada orang meninggal, maka dilakukan tradisi samadiah," sambungnya.


Kebiasaan ini menurut Kepala KUA Delima Kabupaten Pidie itu dilakukan hampir di seluruh gampong (kampung) dan kota di Aceh. Samadiah biasanya dipimpin oleh seorang ulama atau teungku di gampong, telah berlangsung lama secara turun-temurun.


"Kebiasaan samadiah yang berlaku di Aceh begini, ada waktu yang berbeda-beda ketika bertakziah antara laki-laki dan perempuan. Misalnya, ketika kampung Pukat ingin melakukan takziah dan samadiah ke rumah almarhum. Pada siang hari ibu-ibu lebih dulu datang membawa kue. Lalu pada malam harinya barulah giliran bapak-bapak melakukan takziah dan samadiah di rumah almarhum," ulas alumnus Pascasarjana IAIN Lhokseumawe itu.


Tgk Isafuddin juga menjelaskan bahwa makanan yang dihidangkan saat ada jamaah samadiah, Kue tersebut dibawa oleh ibu-ibu pada siang hari akan disuguhkan ala kadarnya untuk orang-orang yang melakukan samadiah pada malam hari. 


"Begitulah setiap harinya. Dengan begini, beban untuk keluarga almarhum tidak begitu berat. Hal ini sudah berlangsung lama. Saling tolong menolong seperti ini sudah sangat erat berlaku dalam keseharian masyarakat Aceh," urainya dengan penuh semangat.


Sementara itu Tgk Edi Kurniawan warga Nahdliyin Lamkawe asal Kembang Tanjung mengatakan samadiah merupakan ritual keagamaan yang dilakukan setelah semua prosesi fardhu kifayah, mulai dari memandikan, mengkafani, menshalatkan hingga memakamkan telah selesai dilakukan.


"Samadiah dipimpin oleh seorang teungku, imam gampong atau imam masjid. Dimulai dengan pembacaan Surat Al-Fatihah dan kemudian dilanjutkan dengan membaca Surat Al-Ikhlas, An-Naas dan doa-doa yang lain secara bersama-sama," paparnya


Lulusan STIS Ummul Ayman Meurueudu itu menyebutkan samadiah hampir merata dilakukan di seluruh kampung yang berada di Aceh. Banyak juga perbedaan-perbedaan yang muncul antara satu kampung dengan kampung lainnya dalam melakukan samadiah ini.Namun semua perbedaan yang ada tidaklah menjadi masalah bagi masyarakat Aceh. Semuanya saling menghormati setiap perbedaan yang ada.


"Dalam setiap samadiah, sebagai rasa terima kasih, lazimnya pihak keluarga almarhum menyediakan hidangan ala kadar kepada jamaah yang telah menyedekahkan doa kepada almarhum," lanjutnya.


Tgk Edi Kurniawan menambahkan, samadiah menjadi ajang memperkuat ukhuwah Islamiyah sesama Muslim di Aceh. Hal tersebut terlihat dengan ramainya jamaah yang datang mengikuti tradisi samadiah pada semua rumah warga yang baru meninggal.


Kontributor: Helmi Abu Bakar
Editor: Kendi Setiawan