Manuskrip Samson adalah manuskrip yang terbuat bukan dari kertas Eropa ataupun dluwang (koba-koba, dok-dok) melainkan dari kertas modern. (Foto: Agus Leteh)
Papua Barat, NU Online
Pada Rabu (18/11) malam, KM Gunung Dempo bersandar di Pelabuhan Manokwari (Port of Manokwari), Papua Barat. Ini adalah momen bersejarah, sebab kapal itu juga mengangkut Manuskrip Samson Al-Qur'an Raksasa. Dikatakan raksasa, sebab ukurannya meliputi panjang 1,5 meter, lebar 1 meter dan tebal 10 centimeter.
Manuskrip Samson adalah manuskrip yang terbuat bukan dari kertas Eropa ataupun dluwang (koba-koba, dok-dok) melainkan dari kertas modern. Kertas ini biasanya dijual di pasaran dan dikenal sebagai kertas semen (zaq). Bahannya yang kuat, memang cukup bagus untuk medium penulisan naskah.
Manuskrip Samson Al-Qur'an Raksasa ini awalnya milik seorang Jenderal Bintang Satu matra Angkatan Utara di Jakarta. Karena ingin agar manuskrip ini bermanfaat, akhirnya disumbangkan untuk dirawat. Namun karena kurang perhatian, akhirnya manuskrip itu didatangkan ke Papua Barat.
Manuskrip Samson Al-Qur'an Raksasa itu memiliki penutup (cover) terbuat dari sejenis kulit binatang yang disambung-sambung. Pada bagian awal naskah alias halaman pertama adalah Surah Al-Fatihah dan Surah Al-Baqoroh dengan ilustrasi warna-warni. Sosok tokoh pewayangan tampak menghiasi.
Dr RA Muhammad Jumaan, pendiri Pusat Kajian Manuskrip Islam dan Filologi (Centre of the Study of the Islamic Manuscripts and Philology) Manokwari menyebutnya dengan nama Codex Gigas alias Qur'an Wayang. Sebab, ukuran manuskrip ini sangat besar dan terdapat lukisan sosok pewayangan di dalamnya.
Di bagian tengah halaman, tampak juga ilustrasi yang serupa, hanya berbeda Surah. Sayangnya, pada bagian awal dan akhir tidak tercantum kolofon sehingga saat ini belum dapat diketahui siapa, kapan, dimana dan untuk tujuan apa Manuskrip Samson ini dibuat.
Namun, dari jenis tinta yang dipergunakan, yaitu tinta emas, agaknya bisa dipastikan bahwa itu adalah berasal dari spidol. Begitu juga warna-warni yang menyusun ilustrasinya. Tidak ada ilustrasi lainnya, selain yang disebutkan tadi.
Pembina Nasional Forum Mahasiswa Studi Agama-agama se-Indonesia (Formasaa-I) Dr RA Muhammad Jumaan, yang merupakan pemilik dan pemelihara naskah itu, langsung mengambilnya di Pelabuhan Manokwari. Perlu dua orang TKBM untuk menurunkannya dari kapal ke mobil. Meski beratnya hanya sekitar 42 kilogram, mengingat volumetrik yang besar, cukup sulit untuk membawanya.
"Manuskrip Samson Al-Qur'an Raksasa ini merupakan suatu karya yang patut diberikan apresiasi. Kegigihan penulisnya dalam menyelesaikan penulisan 30 juz tentu memerlukan waktu yang tidak sebentar dengan iringan peristiwa yang variatif: ada suka dan duka," jelas Dr RA Muhammad Jumaan kepada lewat pesan di WA.
Ia menyebutkan, menulis di atas medium yang besar juga memerlukan energi dan kenyamanan tersendiri. Bila diperkirakan ditulis dalam waktu 100 hari maka biaya yang dikeluarkan juga tentu tidak sedikit.
Manuskrip Samson itu memiliki fungsi sebagai obyek penelitian yang penting. Sebab, di Papua ini ditengarai banyak terdapat manuskrip sejenis. Apakah penulis dan asal lokasi pembuatan manuskrip itu sama? Hanya penelitian Filologi dan Kodikologi yang dapat menjawabnya.
Kontributo: Agus Leteh
Editor: Kendi Setiawan