Nganjuk, NU Online
Usia lanjut tak menghalangi semangat Mbah Sikem mengabdi di Nahdlatul Ulama (NU). Anggota Satuan Koordinasi Rayon Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Ngluyu ini merupakan warga asal Desa Gampeng, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Kampungnya terletak di sebuah lereng bukit dan tak jauh dari hutan.
Mulai tahun 2019 ia resmi menjadi anggota Banser setelah menempuh Diklat Terpadu Dasar yang diselenggarakan oleh Gerakan Pemuda (GP) Ansor Nganjuk. Sejak itulah pria 70 tahun ini tidak pernah absen mengikuti acara-acara NU, termasuk menjaga kiai-kiai NU dengan seragam Banser kebanggaannya.
"Alhamdulillah, nikmat sehat dari Allah ini saya gunakan untuk berkhidmah (kepada NU)," ungkapnya, Ahad (12/9).
Mbah Sikem tinggal seorang diri, anak istrinya sudah lama tak tinggal bersamanya. Sehari-hari ia bekerja sebagai petani dan pencari kayu bakar sembari sesekali mencari madu dari tawon liar yang berada di hutan untuk mencukupi kebutuhan ekonominya.
Warga di Kecamatan Ngluyu sudah mengerti betul siapa Mbah Sikem. Dia bukan pejabat ataupun orang terpandang, tetapi dikenal sebagai orang yang ikhlas dan ringan tangan ketika diajak mengaji dan berkegiatan di NU.
"Niat saya adalah ingin diakui menjadi santri Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari pendiri NU," jelasnya sambil tersenyum.
Mbah Sikem merupakan sosok yang tangguh, setiap mendengar ada acara NU ia selalu datang paling awal dan pulang paling akhir. Karena kondisinya yang tak memiliki kendaraan, Mbah Sikem rela berjalan kaki menempuh belasan kilometer untuk menjadi pasukan tangguh pengaman kiai.
Ia tak malu menjadi Banser, justru hal itu menjadi kebanggan dalam dirinya. Sejumlah Banser Ngluyu sudah sangat paham Mbah Sikem, tak jarang mereka menjemputnya dan mengantarkannya pulang secara bergantian.
"Saya senang jadi anggota Banser karena banyak temannya dan saya merasa muda kembali," tuturnya sambil tertawa.
Disampaikan, setiap hari Sabtu ia rutin berkunjung ke Pondok Pesantren Baitul Qanaah asuhan Kiai Syamsul Hadi Pace, Nganjuk untuk mengaji dan menambah wawasan ilmu agama. Rupanya dari situlah dirinya menjadi semangat berjuang dan mengabdi kepada NU.
Kontributor: Hafidz Yusuf
Editor: Syamsul Arifin