Santunan bagi anak yatim oleh PCNU Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (21/8/2021). (Foto: PCNU Kota Bogor)
Bogor, NU Online
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Bogor Jawa Barat turut menyambut Muharram 1443 Hijriah dengan mengadakan santunan bagi anak yatim, Sabtu (20/8/2021). Santunan berlangsung di Gedung PCNU Kota Bogor, Jl Sempur Kaler, Kota Bogor.
Santunan yang bekerjasama dengan Lembaga Kesejahteraan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) Kota Bogor, dan penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Ketua PCNU Kota Bogor Ifan Haryanto mengatakan bulan Muharram merupakan bulan istimewa bagi umat Islam. Selain peringatan tahun baru Hijriyah pada 1 Muharram, sebagian masyarakat juga menganggap bahwa tanggal 10 Muharram adalah Hari Raya atau lebaran anak yatim.
"Istilah Idul Yatama, atau Hari Raya Anak Yatim, sebenarnya hanyalah ungkapan kegembiraan bagi anak-anak yatim. Sebab, pada saat itu banyak orang yang memberikan perhatian dan santunan kepada mereka," terang Ifan yang pernah mengemban amanah sebagai Bendahara Pimpinan Pusat LP Maarif PBNU.
Pria yang kini aktif sebagai Tim Pakar di Lembaga Kajian Strategis, Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana NU itu menambahkan, kegiatan menyambut Muharram merupakan kegiatan rutin yang dilakukan PCNU Kota Bogor setiap tahunnya.
Pandemi Covid-19 telah memakan banyak korban meninggal, termasuk para orang tua yang masih memiliki anak-anak kecil. Hal itu menyebabkan jumlah anak yatim ini meningkat, untuk itu perlu perhatian berbagai pihak.
Kegiatan santunan anak yatim (yatiman) ini, menurut Ifan sangat tepat dilakukan pada saat ini. "Selain mengasah kesalehan sosial juga dibutuhkan sebagai bentuk kepedulian kepada anak yatim," kata Ifan.
Santunan tersebut turut dihadiri Ketua LKKNU Kota Bogor Dewi Fatimah, jajaran pengurus NU dan LKKNU Kota Bogor, serta anak-anak yatim di lingkungan PCNU Kota Bogor.
11 Ribu yatim akibat Covid-19
Sementara itu diakses dari kemensos.go.id di akses Sabtu (22/8/2021), pandemi Covid-19 mengakibatkan banyak perubahan di berbagai aspek kehidupan saat ini, termasuk bagi anak-anak. Selain adanya ketakutan akan terpapar Covid-19, anak-anak juga kerap berpotensi kehilangan orang-orang terdekat mereka yang meninggal akibat Covid-19. Hal ini membuat banyak anak akhirnya harus menjadi anak yatim, piatu dan yatim piatu.
Mengutip data dari Satgas Penanganan Covid-19 per 20 Juli 2021 diketahui ada 11.045 anak menjadi yatim piatu, yatim atau piatu. Pada sisi lain jumlah anak yang terpapar Covid-19 sebanyak 350.000 anak dan 777 anak meninggal dunia. Tingkat resiko anak sangat tinggi untuk terpapar Covid-19.
Sementara itu berdasarkandata dari Satgas Penanganan Covid-19 per 20 Juli 2021 diketahui ada 11.045 anak menjadi yatim piatu, yatim atau piatu. Pada sisi lain jumlah anak yang terpapar Covid-19 sebanyak 350.000 anak dan 777 anak meninggal dunia. Tingkat resiko anak sangat tinggi untuk terpapar Covid-19. Karena itu, pemerintah telah menetapkan kebijakan percepatan vaksinasi bagi anak-anak minimal usia 12 tahun.
Hikmah memelihara anak yatim
Beragam hikmah menyantuni anak yatim, dipercaya oleh umat Islam. Dalam Hikmah Kisah Orang Jahat Diampuni Allah karena merawat anak yatim disebutkan dalam kitabnya, Mukasyafatul Qulub, Imam Al-Ghazali pernah mengisahkan bahwa suatu ketika ada seorang pria Basrah yang jahat di masa hidupnya.
Ketika meninggal tidak ada satu pun orang yang mau menshalati dan mengantarkan jenazahnya ke tempat pemakaman. Sang istri pun sampai membayar dua orang untuk memikul jenazah suaminya untuk dibawa ke mushala, agar dishalati.
Namun, tidak ada seorangpun yang mau menshalati jenazah suaminya tersebut, sehingga sang istri membawa jenazah suaminya tersebut ke lahan luas untuk dimakamkan.
Tak jauh dari lahan luas yang menjadi tempat untuk memakamkan suaminya tersebut, hiduplah seorang ahli ibadah yang rumahnya berada di atas gunung. Sang istri seakan-akan melihat sang ahli ibadah tersebut turun gunung untuk menshalati jenazah suaminya tersebut, yang dicap sebagai orang jahat dan tidak ada yang mau mensholatinya, serta mengantar jenazahnya ke tempat pemakaman.
Sang ahli ibadah yang akhirnya turun gunung, dan berniat untuk menshalati jenazah orang jahat tersebut didengar oleh para penduduk yang sebelumnya tidak mau menshalati jenazah tersebut.
Kabar tentang turunnya sang ahli ibadah yang berniat untuk menshalati jenazah orang jahat tersebut, didengar oleh para penduduk. Banyaknya para penduduk yang mendengar kabar tersebut, kemudian ikut untuk menshalati jenazah orang jahat itu. Tetapi penduduk juga mempertanyakan mengapa banyak orang yang menshalati jenazah orang tersebut.
Sang istri lalu teringat bahwa salah satu kebaikan suaminya. "Di rumah kami tidak pernah sepi dari satu atau dua anak yatim, dan kebaikan almarhum suami saya terhadap anak yatim melebihi kebaikannya terhadap anaknya sendiri," kata sang istri.
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Alhafiz Kurniawan