Daerah

Nisan Makam Memberi Pesan Kematian bagi Orang Hidup

Jumat, 21 November 2025 | 19:00 WIB

Nisan Makam Memberi Pesan Kematian bagi Orang Hidup

Bastian Zuleyno saat menyampaikan materi pada Borobudur Writers and Cultural Festival di Keraton Kacirebonan, Cirebon, Jawa Barat, Jumat (21/11/2025). (Foto: NU Online/Syakir NF)

Cirebon, NU Online

Pada mulanya, dalam bahasa Persia, nisan berarti tanda. Dalam serapannya di Nusantara, kata ini, sebagaimana termaktub dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) VI, bermakna tonggak pendek dan sebagainya yang ditanam di atas kubur sebagai penanda. Hal tersebut menunjukkan adanya kontak budaya dan menjadi sebuah inovasi masyarakat Nusantara.


Bastian Zuleyno, ahli studi Persia Universitas Indonesia, menyebut hal itu dalam Borobudur Writers and Cultural Festival Ke-14 di Keraton Kacirebonan, Cirebon, Jawa Barat, Jumat (21/11/2025).


Ia menegaskan bahwa awalnya nisan bukan penanda atas keberadaan orang mati di bawahnya, tetapi justru memberi tanda bagi orang hidup. Sebab, dalam nisan-nisan kuburan masa lampau, terdapat epitaf, tulisan singkat pada nisan. Tulisan itu ada yang berupa ayat-ayat Al-Qur'an, kalimat tayyibah, hingga syair.


"Tanda. Rambu. Sinyal untuk orang hidup. Makanya nisan dibuat indah. Dikaitkan sama orang yang masih hidup," ujarnya.


Ia menjelaskan bahwa kalimat yang termaktub sebagai epitaf pada nisan-nisan tersebut berisi pesan-pesan mengenai kematian dan peringatan tentang tauhid. Hal ini mengingat di antara tujuan ziarah adalah mengingat kematian. Keberadaan epitaf itu, menurutnya, menegaskan peringatan akan kematian tersebut.


Namun, perkembangan zaman yang menuntut lebih instan, hal demikian kian berhenti. Kini, selain tulisan kalimat tarji', terdapat nama dengan titimangsa lahir dan wafat jenazah di dalamnya.


"Menulis syair di nisan terhenti setelah datang kolonial," ujar Alumnus Universitas Teheran itu.


Lebih kanjut, Zuleyno juga menegaskan bahwa keberadaan nisan menunjukkan kehadiran Islam di masa tersebut. Pasalnya, sebelum Islam, agama yang ada di Nusantara memulasarakan jenazah dengan dibakar atau dilarung ke laut. "Tanda jelas bahwa Islam sudah ada masuk ke Nusantara," katanya.


Berbeda dengan Indonesia, Ammar Fauzi Heryadi menyampaikan bahwa tulisan-tulisan serupa masih ada hingga kini di Iran. Jenderal Hasan Tehrani Moghaddam, misalnya. Sosok Bapak Rudal Iran itu di nisannya tertulis, "Ini kuburan orang yang akan menghancurkan Israel."


Karenanya, ziarah yang sudah menjadi tradisi di sana dan membaca tulisan-tulisan tertentu di nisan memberikan pesan spirit tersendiri. Bahkan, lanjut akademisi lulusan Iran itu, destinasi ziarah juga menjadi bunker, tempat perlindungan paling aman.


Sementara itu, M Yaser Arafat menjelaskan bahwa peta pemakaman di Jawa memiliki aturan khusus. Makam paling utara adalah paling tua. "Semakin ke selatan, semakin muda," ujar dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu.


Meskipun demikian, Yaser menyebut ada juga makam tua yang berada di tengah pemakaman. Hal ini diposisikan sebagai pancer atau pusat mengingat keterbatasan lahan di bagian selatan.


Oleh karena itu, klaim sepihak tanpa metode ilmiah bisa dibantah dengan posisi makam, ukiran, dan lainnya.