NU Care-LAZISNU Pati Berdayakan Warung Kecil yang Jadi Tumpuan Hidup Warga
Sabtu, 4 Mei 2024 | 08:08 WIB
Sulastri, sehari-sehari mengelola warung jajan dan kopi. Foto ini diambil pada Jumat (3/5/2024). (Foto: NU Online/Ahmad Solkan)
Pati, NU Online
NU Care-LAZISNU Pati melalui Unit Pengumpul Zakat Infak dan Sedekah (UPZIS) Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Winong melakukan pemberdayaan ekonomi warga NU di Desa Mojorembun, RT 08/RW 02, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Pemberdayaan ekonomi ini berupa pembangunan Kembali warung jajan atau nasi dan pemberian modal usaha.
Koordinator Zakat Produktif UPZIS MWCNU Winong Ridwan Bagus M mengatakan bahwa meskipun warung ini secara fisik ada satu unit, tetapi berfungsi ganda. Pada pagi hari diberdayakan untuk jualan nasi oleh Mugini, sedangkan pada sore hari digunakan sebagai warung kopi oleh Sulastri, adik ipar Mugini.
“Bu Sulastri membuka usaha jualan jajanan seperti snack, chiki, es, kopi dan lain sebagainya,” ujar Ridwan kepada NU Online, Kamis (2/5/2024).
Ia menambahkan, biasanya ia membeli jajanan dari pedagang grosiran di pasar dengan modal Rp500 ribu, kemudian dijual kembali.
“Usaha ini hasilnya untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya,” jelas Ridwan.
Ia menjelaskan bahwa pembinaan ini berfokus untuk pengembangan usaha agar semakin maju dan berkembang. Sementara keberhasilan pemberdayaan ekonomi ini tergantung upaya penerima manfaat untuk mengembangkannya.
“Pembinaan kita mulai dengan melakukan pemantauan berkala tiap beberapa bulan sekali untuk mengetahui progres dan permasalahannya,” terang Ridwan.
Ia mengatakan, penerima manfaat bisa mengajukan bantuan kembali apabila dirasa usaha ini berhasil dan memiliki potensi untuk berkembang.
Pemilik warung Sulastri mengungkapkan bahwa ia selama ini menjalankan usaha warung kecil-kecilan.
“Saya Jualan es, jajan anak-anak, mi dan kopi,” katanya kepada NU Online, Jumat (3/5/2024).
Sulastri membuka warung pukul 07.30 hingga 16.30 WIB. Sebelum jam itu, yakni pada waktu setelah shalat subuh hingga pukul 07.00 pagi, warung diberdayakan oleh Mugini sebagai warung nasi.
“Kita buka pagi jam setengah delapan hingga jam empat atau setengah lima sore. Kalau pagi Bu Mugini dari bakda Subuh sampai jam tujuh dikelola untuk warung sarapan,” terang Sulastri.
Menurut Sulastri, usaha warung ini berdiri sudah lama, sejak sekitar tahun 1980-an atau 1990-an. Menurut Sulastri, usaha ini dimulai secara turun-temurun dari neneknya, kemudian ibunya, lalu Mugini hingga kini berlanjut ke Sulastri.
“Dari simbah saya, kemudian ibu saya, lalu Bu Mugini baru kemudian saya. Kalau siang saya kelola,” tuturnya.
Sulastri bilang, awal mula modal usaha warung hanya Rp100 ribu dan hingga saat ini cukup berkembang.
"Meskipun tetap saja tegolong masih kecil dan sederhana," pungkasnya.