Rapat koordinasi terkait penerapan new normal di kantor Wali Kota Pontianak, Kalbar. (Foto: NU Online/Maulida)
Pontianak, NU Online
Berbagai kalangan harus memberikan perhatian terhadap akan diberlakukannya new normal atau tatanan normal baru. Termasuk bagaimana dalam pelaksanaan di pesantren. Yang hendaknya mendapat perhatian antara lain biaya rapid test sebagai skrining awal untuk mengetahui adanya virus Corona di dalam tubuh.
Karenanya, Pengurus Cabang Nahdaltul Ulama (PCNU) Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) terlibat pada rapat yang diselenggarakan pemerintah kota setempat bersama organisasi keagamaan lain. Rapat dilaksanakan di kantor Wali Kota Pontianak pada Rabu (3/6).
Ahmad Faruki selaku Ketua PCNU Kota Pontianak mengatakan bahwa keadaan pandemi sudah mulai membaik. Hal tersebut tentu saja berkat dukungan berbagai kalangan.
“Wabah virus Corona ini merupakan suatu hikmah dari sebuah kejadian, di mana masyarakat dianjurkan hidup bersih dengan mematuhi protokol kesehatan,” katanya.
Pola menjaga hidup sehat selama ini ditunjukkan dengan selalu mencuci tangan baik saat masuk maupun keluar rumah. Demikian pula ketika ke pasar, bahkan saat beribadah di masjid maupun mushala.
“Protokol kebersihan untuk menangkal penyebaran virus Corona tersebut saya lihat sudah dipatuhi oleh hampir semua masyarakat,” ungkapnya. Demikian pula kebanyakan tempat umum sudah memfasilitasi air dan sabun cuci tangan. Termasuk penggunaan masker masker saat keluar rumah dan tetap menjaga jarak untuk menghindari penularan Covid-19, lanjutnya.
Dalam pandangan Ahmad Faruki, hal tersebut merupakan langkah baik untuk siap menghadapi new normal di Pontianak. Demikian juga berharap hikmah dari Covid akan membawa kebaikan bagi semua.
Pada rapat tersebut ada beberapa hal yang dibahas antara lain mendukung edaran Kementerian Agama nomor 15 tahun 2020 tentang panduan penyelenggaraan kegiatan keagamaan di rumah ibadah di masa new normal pandemi ini.
“Berikutnya kami mengusulkan agar biaya rapid test bagi santri yang akan pulang ke pondok pesantren bisa dibebaskan, mengingat kondisi wali santri saat ini rata-rata mengalami kesulitan ekonomi,” paparnya.
PCNU Kota Pontianak juga memohon pada pemerintah untuk bisa mengendalikan harga tiket pesawat dan kapal laut. Hal tersebut mengingat jumlah santri yang akan balik ke pesantren jumlahnya ribuan. Mereka berasal dari berbagai pondok di Jawa.
“Harapan kami semua santri masih bisa melanjutkan pendidikannya di pondok pesantren sekalipun dalam kondisi kesulitan ekonomi saat ini,” harapnya.
Namun menurut Faruki, santri yang akan kembali ke pesantren hendaknya selalu memperhatikan kebijakan pemerintah kaitan dengan aman tidaknya kawasan atau kota tujuan terutama wilayah yang masuk zona merah.
Rapat dihadiri Sekretaris Daerah Kota Pontianak, Mulyadi, perwakilan dinas kesehatan, MUI, Pengurus Cabang Muhammadiyah. Tidak ketinggalan Forum Kerukunan Umat Beragama Kalimantan Barat yakni perwakilan semua agama baik Islam, Hindu, Budha, Konghucu dan Kristen.
Kontributor: Maulida
Editor: Ibnu Nawawi