Daerah

Perguruan Tinggi di Pesantren Harus 'Go International'

Jumat, 1 Februari 2019 | 08:30 WIB

Perguruan Tinggi di Pesantren Harus 'Go International'

Pelantikan Ormawa

Jombang, NU Online
Rektor Universitas KH Abdul Wahab Hasbullah (Unwaha) Tambakberas Jombang, Jawa Timur, Anton Muhibudin mengharapkan kampus-kampus yang berada di lingkungan pesantren untuk terus berkarya dan melebarkan pengaruhnya ke dunia Internasional.

Ajaran pesantren yang lebih mengutamakan akhlak dan kedalaman ilmu sangat cocok untuk dijadikan alternatif di tengah maraknya arogansi atas nama keilmuan. Materi dan jabatan menjadi tujuan dari mencari ilmu.

Pernyataan ini disampaikannya saat melantik 13 pengurus organisasi kemahasiswaan (Ormawa) masa bakti 2019-2020 di Auditorium Unwaha, Jumat (1/2).

"Organisasi di internal kampus harus ditingkatkan kualitasnya menjadi lebih baik. Apalagi kampus yang ada di pesantren, begitu pun dengan kampus Unwaha. Kedepan harus di target ada mahasiswa yang go Internasional lagi. Baik bentuk karya tulis maupun penemuan baru," katanya.

Langkah nyata dalam mewujudkan hal ini di antaranya mengadakan berbagai kerjasama dengan berbagai pihak meliputi kesepakatan dalam program publikasi ilmiah internasional, pertukaran mahasiswa, pengiriman delegasi untuk lomba, dan pertemuan Internasional.

"Banyak yang ingin tahu dan belajar tentang pesantren tapi kurang paham jalur yang pas. Ini peluang bagi mahasiswa," ujarnya.

Anton juga mengapresiasi para aktivis kampus yang menjadi agen perubahan sekaligus duta bagi kampus. Hal ini dibuktikan dengan beberapa aktivis kampus Unwaha yang mewakili kampus ke Thailand beberapa waktu lalu.

Selama ini organisasi kemahasiswaan yang ada di kampus pesantren telah mampu membawa nama baik perguruan tinggi. Manfaat itu dirasakan banyak pihak terutama mahasiswa itu sendiri. Pesantren memiliki banyak kelebihan yang tak dimiliki kampus lain. Seperti suasana keislaman yang kental, hubungan dosen dan mahasiswa yang dekat, dan referensi kajian keislaman yang banyak.

"Karenanya, tolong para aktivis kampus pesantren dapat menjadi contoh dan mampu memotivasi para mahasiswa lainnya untuk juga senantiasa menyelenggarakan kegiatan positif dan bersaing di kancah Internasional," tambah alumni Universitas Brawijaya Malang ini.

Demi tercapai tujuan mulia ini maka dibutuhkan rancangan program yang matang dan dukungan dari berbagai pihak. Pihak kampus menyediakan fasilitas dan pemberi jalan ke luar negeri. Sedang kan mahasiswa harus menyiapkan kemampuan dan keahlian yang memadai.

Selain itu, seorang aktivis juga harus pandai membagi waktu. Jangan sampai perkuliahan yang menjadi kewajiban justru terabaikan untuk hal tak penting. Harus bisa membagi waktu antara ibadah, belajar dan sosial. Karena mahasiswa tak boleh melupakan Tuhannya.

"Siapkan skill, atur waktu, perbanyak literasi maka keberuntungan akan datang. Tidak ada yang mustahil," tandasnya. (Syarif Abdurrahman/Muhammad Faizin)


Terkait