Perhatian Muslimat NU Purwakarta kepada Yatim Piatu Akibat Covid-19
Kamis, 5 Agustus 2021 | 15:00 WIB
Jakarta, NU Online
Tiga anak di Purwakarta menjadi yatim piatu setelah Covid-19 merenggut nyawa kedua orang tuanya. Risqita, Muhammad Fathan, dan Ikhwanul Azmil Wicahyo, tak pernah menduga Covid-19 menyebabkan ayah dan ibunya berpulang begitu cepat pada 10 dan 11 Juli lalu. Mereka menjadi yatim piatu hanya dalam lima hari setelah kedua orang tuanya terpapar virus Corona.
Hal itu memicu perhatian dari sejumlah kalangan, termasuk Muslimat Nahdlatul Ulama di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Ketua PC Muslimat NU Purwakarta Evi Luthfiyah mengatakan, ia bersama para kadernya telah melakukan kerja sama dengan beberapa pesantren di Purwakarta untuk menjamin kebutuhan masa depan anak-anak tersebut.
“Kami sudah berkoordinasi dengan sejumlah pesantren, di antaranya Al-Irfan Ciganea, Hidayatul Mubtadi-ien Al-Fatih Purwakarta, dan Pesantren Pagelaran III di Gardu Sayang Subang,” kata Evi saat dihubungi NU Online, Kamis (5/8).
Meski belum mengantongi data lengkap jumlah anak yatim di Purwakarta, namun Evi meminta kepada pemerintah dan para pengurus di setiap tingkatan, khususnya anak cabang/ranting Muslimat NU, untuk memberi perhatian khusus kepada persoalan ini. Dengan memerhatikan tumbuh kembang dan kesejahteraan anak-anak, baik secara fisik maupun mental.
“Anak yatim/piatu semakin banyak dan perlu segera diperhatikan. Bahwa yang mereka butuhkan pendampingan pada sisi material pembiayaan pendidikan juga ketahanan kesehatannya,” ujarnya.
Adapun pendampingan material, lanjut dia, juga harus diimbangi dengan pendampingan psikologis anak. Sebab, tidak dapat dipungkiri kehilangan orang tua dapat menimbulkan banyak dampak yang bukan saja berpengaruh pada kesehatan fisik. Akan tetapi, berdampak pula pada kesehatan psikis mereka.
“Kami yakin pendamping di pesantren akan memberikan pendampingan (psikis) itu," tutur Evi.
Terkait fasilitas yang disediakan oleh pesantren, Evi menuturkan bahwa segala jenis fasilitas diberikan secara cuma-cuma bagi anak yatim, piatu, atau yatim-piatu. Sebagai upaya perlindungan dan penyejahteraan bagi masa depan mereka.
“Pihak pesantren secara tulus membebaskan segala macam biaya, mulai dari biaya sehari-hari hingga pendidikan. Bahkan, mereka juga diberi uang saku setiap bulannya oleh pesantren,” ungkapnya.
Dikatakan, Muslimat NU Kabupaten Purwakarta selama pandemi ini terus-menerus bergotong-royong menyalurkan bantuan sosial, seperti sembako, kebutuhan obat-obatan, dan uang kepada dhuafa maupun pelaku usaha kecil terdampak Covid-19. Tujuannya untuk meringankan beban agar kebutuhannya terpenuhi.
“Selain itu, kami juga menyediakan bantuan ambulance untuk mengantarkan warga terpapar Covid-19 ke rumah sakit rujukan,” ungkap Evi.
Saat ini, Evi dan para pengurus beserta para kader Muslimat NU lain menambah fokusnya dengan melakukan pendataan secara masif terkait anak-anak yang ditinggalkan orang tua karena Covid-19. Dia menilai, angka anak yatim-piatu ini akan terus bertambah karena pandemi belum kunjung berakhir.
Tingginya angka kematian akibat Covid-19 membuat banyak anak Indonesia menjadi yatim-piatu. Hari ini, misalnya, tercatat sebanyak 150 anak di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara mendadak kehilangan orang tuanya. Jumlah tersebut melengkapi ribuan anak Indonesia yang berstatus yatim-piatu.
Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Musthofa Asrori