Peringati Haul Ke-51, Gus Zaim Ungkap Wasiat Mbah Ma’shoem Lasem
Jumat, 15 April 2022 | 08:30 WIB
Pengasuh Pesantren Kauman Lasem, KH Zaim Ahmad memberi sambutan pada haul ke-51 Mbah Ma’shoem di Maqbarah Masjid Jami’ Lasem. (Foto: Istimewa)
Kudus, NU Online
Pengasuh Pesantren Kauman Lasem, KH Zaim Ahmad, mengungkap wasiat KH Ma’shoem Ahmad Lasem dalam peringatan haulnya yang ke-51. Acara itu digelar di Maqbarah Masjid Jami’ Lasem, Rembang, Jawa Tengah.
“Ada beberapa wasiat yang diberikan oleh Mbah Ma’shoem sebelum beliau meninggal. Pertama, jangan sampai anak cucu dan murid-murid beliau ada yang menolak ketika ada orang yang meminta-minta,” terang cucu Mbah Ma’shoem itu dalam channel YouTube Lasem TV Official, Kamis (14/4/2022) sore.
Gus Zaim, sapaan akrabnya, mengisahkan dua hari sebelum Mbah Ma’shoem wafat, memberikan sarung sutra yang baru kepada putranya, yakni KH Syakir. Beliau berpesan, jika ada yang meminta sarung itu maka harus diberikan.
“Hingga akhirnya dua hari setelah Mbah Ma’shoem meninggal, ada orang yang datang meminta sarung baru dari KH Syakir. Lalu, diberikanlah sarung itu. Tak lama kemudian, orang itu pergi begitu saja. Saat dicari, sudah tidak terlihat jejaknya,” ungkap Gus Zaim.
Menurut Gus Zaim, sang kakek pernah memberi nasihat, Lamuno kowe ora nduwe, tapi nduwe cadangan, ke'ono senajan ora sesuai karo penjalukane (Seandainya kamu sedang mengalami kekurangan, akan tetapi masih memiliki cadangan, berikanlah sesuatu kepada peminta-minta kendati tidak sesuai permintaannya).
“Jika memintanya banyak, kalau kita tidak punya, maka berikan sedikit saja. Sampai Mbah Ma’shoem bilang kalau tidak punya maka disuruh utang,” terang Wakil Rais Syuriyah PWNU Jateng ini.
Wasiat kedua, lanjut Gus Zaim mengungkapkan, Mbah Ma’shoem tidak ridho jika anak cucunya tidak mengikuti Nahdlatul Ulama (NU). “Karena ajaran NU adalah ajaran yang benar,” ungkapnya.
Gus Zaim melanjutkan, wasiat ketiga Mbah Ma’shoem berkaitan dengan menghormati tamu yang datang. Sehingga tidak pernah ada tamu yang tidak bertemu beliau.
“Meskipun di malam hari, wajib bagi santri yang berjaga untuk membangunkan Mbah Ma’shoem ketika ada tamu datang. Kecuali tamu itu bilang tidak perlu dibangunkan karena besok pagi akan sowan lagi,” jelasnya.
Gus Zaim menegaskan, wajib gupuh (sibuk) dan sesegera mungkin menemui tamu yang datang. Tidak perlu berdandan terlebih dulu. “Tapi persilahkan duduk dulu tamunya, kemudian baru berdandan,” pungkasnya.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori