Bandarlampung, NU Online
Ada dua hari raya utama yang dirayakan oleh umat Islam yakni Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Pada masing-masing hari raya tersebut, ada ibadah yang mengiringinya dan memiliki tujuan yang sama. Pada Idul Fitri kita diwajibkan untuk menunaikan zakat dan pada Idul Adha kita dianjurkan untuk berkurban.
Kedua ibadah yang mengiringi ini memiliki tujuan sama yakni untuk menjadikan semua orang yang ada di sekitar kita bahagia. Kepekaan sosial diajarkan oleh agama melalui ibadah ini karena kita harus menyadari bahwa tidak semua orang berkecukupan dan memiliki bekal cukup untuk merayakan hari raya.
Apalagi di era pandemi Covid-19 yang sampai saat ini belum mereda. Banyak masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi akibat kehilangan pekerjaan ataupun mengalami kebangkrutan dalam usaha.
“Masih ada orang yang belum tahu nanti siang makan apa, besok makannya bagaimana. Sehingga empati harus dimunculkan dengan berbuat baik kepada orang lain,” kata Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Lampung Prof Mohammad Mukri di momentum Hari Raya Idul Adha, Jumat (31/7).
Kebaikan yang kita lakukan pada orang lain sejatinya menurut Rektor UIN Raden Intan Lampung ini, bukan hanya didapatkan dan dirasakan orang lain. Namun sejatinya semua itu akan kembali dan untuk diri kita sendiri.
“In ahsantum ahsantum lianfusikum wa in asa’tum falahaa. Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka kerugian kejahatan itu untuk dirimu sendiri,” jelasnya mengutip QS Al-Isra: 7.
Manusia menurut Prof Mukri memang memiliki dua kecenderungan yakni kecenderungan berbuat dosa dan kecenderungan berbuat baik. Tidak ada manusia yang hanya memiliki satu kecenderungan semisal cenderung berbuat dosa terus. Jika ada, bisa jadi ia masuk dalam golongan setan. Namun juga, tidak ada manusia yang selalu ingin berbuat baik dan tidak memiliki dosa. Jika ada maka bisa jadi ia malaikat.
Sehingga menurutnya, kita harus bisa menekan kecenderungan berbuat dosa dan melatih diri untuk terus berbuat kebaikan. Di antara melatih diri untuk berbuat kebaikan adalah dengan berbuat baik kepada orang lain dengan berbagi.
“Orang yang berinfak sesungguhnya akan kembali untuknya. Namun harus dengan niat ikhlas karena Allah bukan karena niatan lainnya,” tambahnya.
Dengan berinfak, kita akan dapat membantu melepaskan kesulitan orang lain. Barang siapa yang melepaskan kesulitan orang lain maka Allah SWT pun akan melepaskan kesulitannya di dunia dan akhirat.
“Dalam setiap kesulitan pasti ada kemudahan,” pungkasnya saat menyampaikan Khutbah Idul Adha 1441 H di Masjid Polda Lampung, Bandar Lampung.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin