Daerah

Rais NU Jateng: Anggaran Penanganan Bencana Mestinya Tidak Terbatas

Selasa, 10 Maret 2020 | 11:10 WIB

Rais NU Jateng: Anggaran Penanganan Bencana Mestinya Tidak Terbatas

Rais Syuriyah PWNU Jateng KH Ubaidillah Shodaqoh (tengah) mengisi seminar 'Tangguh Menghadapi Bencana', Senin (9/3). (Foto: LPBI NU Jateng)

Semarang, NU Online
Anggaran penanganan bencana harus menjadi prioritas. Bahkan jika memungkinkan, angkanya tidak terbatas.
 
Hal itu diungkapkan Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah KH Ubaidillah Shodaqoh, dalam seminar Tangguh Menghadapi Bencana. Seminar digelar Lembaga Penangggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) Jateng di Ruang Badan Anggaran DPRD Jateng, Senin (9/3).
 
Menurut Kiai Ubaid, kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan sebuah keniscayaan bagi semua elemen masyarakat. Apalagi, Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi dengan kerawanan tinggi terjadi bencana.
 
"Apalagi Allah tidak akan merubah keseimbangan alam ini atau yang kita sebut sebagai bencana, sehingga manusia-manusia itu mengubahnya," sebutnya.
 
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng Sudaryanto mengatakan, Jateng merupakan salah satu daerah rawan bencana alam baik banjir, tsunami, gunung meletus, tanah longsor, puting beliung. 
 
"Tapi ada ancaman lain yang kerap terlupakan, yakni sesar atau patahan. Baru-baru ini terjadi di Magelang, sehingga sekira 243 warga terpaksa mengungsi, karena rumah-rumah mereka rusak," jelasnya.
 
Atas dasar itu, semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat secara bersama sama melakukan upaya baik pada pra bencana, saat bencana maupun pasca bencana. 
 
"Sehingga, mampu meminimalisir korban baik benda maupun nyawa manusia," katanya.
 
Sudaryanto menyebutkan, sejauh ini juga sudah dilakukan pembentukan desa tanggap bencana (Destana). Jumlahnya sudah mencapai 416 desa.
 
"Kita juga implementasikan sampai ke tingkat keluarga. Sehingga tercipta ketangguhan masyarakat tingkat keluarga," terangnya.
 
Ketua Komisi E DPRD Jateng Abdul Hamid menerangkan, ada sejumlah aspek penyelenggaraan bencana yang perlu diperhatikan. Mulai dari sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. "Selain itu kelestarian lingkungan hidup, kemanfaatan dan efektifitas," katanya.
 
Pegiat Walhi Jateng Fahmi Bastian menambahkan, dalam upaya pencegahan hingga penanganan bencana perlu dibangun kekuatan kolketif. 
 
"Partisipasi komunitas merupakan suatu proses  untuk memberikan wewenang lebih luas kepada komunitas untuk secara bersama-sama memecahkan berbagai persoalan yang ada," tandasnya.
 
Editor: Kendi Setiawan