Ramadhan sebagai Manifestasi Kasih Sayang Allah dan Peluang Menggapai Lailatul Qadar
Ahad, 16 Maret 2025 | 09:00 WIB

Pimpinan Dayah Babul Ilmi Asy-Syafiiyah Jangka Buya, Tgk H Muniruddin (Waled Kiran). (Foto: Helmi Abu Bakar)
Pidie Jaya, NU Online
Umat Islam hendaknya dapat menjadikan Ramadhan sebagai ladang untuk menjemput amal kebaikan dan taubat kepada jalan yang diridhai Allah Swt.
Demikian di antara pesan yang disampaikan Tgk H Muniruddin atau akrab disapa Waled Kiran dalam tausiyah di Masjid Tgk Dipucok Krueng Beuracan, Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya, Jumat (14/3/2025)
Waled Kiran, Pimpinan Dayah Babul Ilmi Asy-Syafiiyah Jangka Buya ini menyampaikan pesan-pesan penuh makna, mengajak umat memaksimalkan ibadah di bulan suci ini sebagai momentum memperbaiki diri dan meraih ampunan Allah Swt.
Dalam tausiahnya, Waled Kiran menekankan bahwa kehadiran bulan Ramadhan adalah bentuk kasih sayang Allah kepada umat Nabi Muhammad Saw.
“Ramadhan ini merupakan hadiah. Allah mengkhususkan bulan ini untuk kita memperbanyak amal dan bertaubat. Pintu langit terbuka, rahmat dicurahkan, dan Allah memperbanyak pengampunan bagi hamba-hamba-Nya,” ujarnya.
Ulama negeri Japakeh yang juga pengurus teras MPU Pidie Jaya mengingatkan bahwa di bulan ini, ada ibadah-ibadah yang tidak ditemukan di bulan lain, seperti shalat tarawih dan keutamaan malam Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan.
"Kita tidak tahu kapan datangnya Lailatul Qadar, tapi kita tahu bahwa Allah menjanjikan pahala luar biasa bagi mereka yang bersungguh-sungguh mencarinya,” tambahnya.
Dalam penjelasannya, Waled Kiran mengajak para jamaah untuk menjadikan Ramadhan sebagai momentum kembali ke jalan Allah. Ia mengisahkan bagaimana para ulama terdahulu beristighfar hingga menangis saat mengingat dosa-dosa mereka.
“Kalau kita tidak bisa menangis karena takut dosa, berarti hati kita perlu dilunakkan lagi. Jangan sampai Ramadhan berlalu tanpa kita bertaubat,” katanya.
Lebih lanjut Waled mengutip kisah dari Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin tentang seorang musafir yang bertemu sosok misterius yang mengaku sebagai amal buruknya sendiri. Ketika sang musafir bertanya bagaimana mengatasi hal itu, sosok tersebut menjawab, "Perbanyaklah shalawat kepada Nabi Muhammad Saw." Kisah ini, menurut Waled Kiran, menjadi pengingat penting bahwa shalawat merupakan salah satu kunci penghapusan dosa dan pengantar menuju syafaat Rasulullah Saw.
Waled Kiran juga menyoroti keutamaan beribadah di bulan Ramadhan. “Amal sunnah dihitung seperti wajib, dan yang wajib dilipatgandakan lebih besar lagi. Ini ladang pahala yang luar biasa, sayang kalau dibiarkan begitu saja,” ujarnya.
Pihaknya mengajak jamaah untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an, bersedekah, dan mempererat silaturahmi. “Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Setiap huruf yang kita baca ada pahala besar. Dan sedekah di bulan ini seperti memadamkan murka Allah,” jelasnya.
Di akhir tausiahnya, Waled Kiran mengingatkan pentingnya menjaga persaudaraan dan saling memaafkan. “Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar, tapi juga memperbaiki hubungan kita dengan sesama. Pererat silaturahmi, maafkan kesalahan orang lain, dan bantu saudara-saudara kita yang membutuhkan,” tutupnya.
Jamaah yang hadir tampak terharu, beberapa bahkan menangis saat Waled Kiran mengajak mereka bermunajat di akhir tausiah. “Jangan biarkan Ramadhan ini berlalu tanpa perubahan. Jangan pulang tanpa membawa rahmat Allah,” ucapnya seraya menutup doa.
Tgk Bakhtiar Hasyim salah seorang pengurus masjid tersebut mengatakan tausiah ini menjadi pengingat kuat bagi masyarakat Pidie Jaya bahwa Ramadhan adalah kesempatan langka yang tidak boleh disia-siakan. Dengan hati yang lembut dan tekad yang kuat, mereka pulang dengan semangat baru untuk memaksimalkan ibadah dan memperbaiki diri.
"Mari kita pergunakan sisa bulan Ramadhan untuk menjemput pahala, ampunan dan ridha ilahi serta jangan lupa perbaiki hubungan horizontal dan tingkatkan ukhuwwah dan silaturahmi antar sesama," pinta alumni Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga itu.