Jember, NU Online
Kerasnya penolakan impor beras yang disuarakan sejumlah pihak, tidak membuat pemerintah goyah dengan rencana impor 1 juta ton beras. Petani pun tetap gelisah karena jika impor beras itu terealisasi, maka akan berdampak pada harga gabah lokal. Alih-alih naik, bisa bertahan dengan harga yang sekarang, itu sudah untung.
“Kita ingin kepastian bahwa rencana impor beras itu, dibatalkan,” ujar Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) Kabupaten Jember, Jawa Timur, Ovi Faisol Arief kepada NU Online di kantor PCNU Jember, Jumat (26/3).
Menurutnya, selama tidak ada ketegasan dari pemerintah untuk membatalkan rencana impor beras itu, maka petani akan terus resah. Hal ini menambah kekecewaan petani karena telah lama menunggu kenaikan harga gabah namun tak kunjung terpenuhi.
“Sekarang harga gabah sudah murah (jika dibandingkan dengan biaya produksi), masih dihantui oleh rencana impor beras,” ungkapnya.
Menurutnya, keputusan pemerintah untuk mengimpor beras tidak hanya merugikan petani dan menguntungkan pengusaha, tapi juga melukai perasaan petani. Betapa tidak, selama ini petani tersiksa dengan langkanya pupuk bersubsidi, namun ketika sudah panen diganggu dengan kabar impor beras.
“Petani dari dulu hanya begitu-begitu saja (nasibnya),” jelas Ovi.
Ovi menegaskan, pemerintah perlu mawas diri sebelum memutuskan untuk mengimpor beras. Perlu dicari penyebabnya kenapa misalnya stok beras tidak mencukupi kebutuhan nasional, termasuk bagaimana perlakuan pemerintah terhadap petani untuk mencapai swasembada beras.
“Jangan kalau stok beras sudah tidak sesuai harapan, lalu mau impor, itu kan jalan pintas. Atau itu (stok beras tidak cukup) cuma alasan pemerintah saja,” pungkasnya.
Sementara itu, Pemimpin Cabang Bulog Jember, Budi Sultika menegaskan bahwa beras impor tidak pernah masuk Jember sejak dulu. Katanya, Jember masih bisa memenuhi kebutuhan berasnya secara mandiri. Bahkan saat ini, stok beras di Bulog Jember masih sekitar 25 ribu ton.
“Kalau misalnya kami tidak membeli gabah dari petani saat ini, sebenarnya tidak masalah. Stok masih banyak, masih cukup untuk 3 bulan ke depan,” ungkapnya.
Walaupun demikian, kata Budi, pihaknya masih membeli gabah untuk menyelamatkan harga gabah di tingkat petani agar tidak anjlok, di samping untuk menambah stok beras. Ia mengatakan, tahun 2021, pihaknya ditarget dapat menyerap gabah petani sebanyak 38 ribu ton setara beras.
“Target itu harus kami upayakan terpenuhi, soal nanti berapa dapatnya, kita evaluasi apa penyebabnya dan sebagainya,” pungkasnya.
Pewarta: Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin