Banyumas, NU Online
Ratusan remaja terlihat sumringah, Jumat (26/7) malam di Masjid Agung Purwokerto. Bagaimana tidak sumringah, remaja yang didominasi aktivis masjid dan pelajar itu, terlihat begitu plong. Apa sebab? Karena mereka baru saja dapat ijazah doa 'Anti Jomblo'.
"Buat yang masih jomblo, ada baiknya amalkan doa ini. Biar segera bertemu jodohnya dan kemudian mendapat keturunan," kata Gus Mohammad Luqman (Gus Luqman), dari Pesantren Nurul Iman, Pasir, Purwokerto.
Kemudian Gus Luqman membacakan doa رَبِّ لَا تَذَرْنِى فَرْدًا وَأَنتَ خَيْرُ ٱلْوَٰرِثِينَ (QS Al Anbiya 89). "Artinya: Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup sendiri, dan Engkaulah sebaik-baik pemberi waris (keturunan)," Begitulah, Gus Luqman dalam 'Ngaji Malam Sabtu' dengan membawakan tema Hijrah Cinta.
Gus Luqman, saat ini sedang hype dipanggil sebagai 'Pengayom Para Jomblo'. Maklum, pria lulusan SMAN 1 Purwokerto ini menjadikan 'jomblo' sebagai materi. Dia juga kerap menjadikan gaya pacaran anak muda sebagai bulan-bulanan. Semua dikupas ringan dalam perspektif Islam dengan joke-joke segar kekinian.
"Wanita itu manis di depan, sadis di belakang. Kalau cowok, sadis di depan, manis di belakang," contoh Gus Luqman memberi logika.
"Nyatanya, cowok-cowok jomblo yang biasa saya garap, saya lecehkan kejombloannya, masih saja datang ke rumah. Tak jarang juga mereka tertawa-tertawa menikmati jomblo ngenesnya," lanjut Gus Luqman disambut tawa riang jamaah Hijrah Cinta.
Logika-logika segar sering diselipkan untuk menasehati para jomblo. Kisah insporatif seperti Robiah Al-Adawiyah, Qais Al-Qarni-Laila (Laila Majnun) sudah jadi jambalan. "Cinta sama makhluk, lobinya sama yang menciptakan makhluk, Allah SWT. Itu yang sering kalian lupa," ujar Gus Luqman.
Tak ketinggalan, pada sesi akhir Gus Luqman menitipkan tiga kunci Hijrah Cinta; khauf (takut), raja' (berharap), dan hubb (cinta). "Takut kita hanya kepada Allah, kita berharap hanya kepada Allah dan cinta kita harus dilandasi cinta kepada Allah," pungkasnya.
Sepanjang 60 menit mengkuti kajian, ratusan remaja Purwokerto tampak riang dan tak terasa. Selesai acara, seperti slogan 'nyleneh' Gus Luqman, sesi diakhiri dengan foto-foto dan selfi. Karena Ngaji Rutin Malam Sabtu itu, "Ngaji Happy, Ngopi, dan Selfi," ujar Gus Luqman yang juga mahir membaca kitab kuning tersebut.
Kepada NU Online, Senin (29/7) Gus Lukman mengatakan, ngaji dengan anak-anak remaja itu beda dengan ngaji bersama orang tua. Karena massa yang dihadapi berbeda, maka, dai harus punya trik bagaimana ngaji tidak membosanan.
"Intinya, dai harus bisa melihat siapa yang akan diajak ngobrol tentang agama," ungkapnya. (Djito El Fateh/Kifayatul Ahyar/Muiz)