Ribuan Santri Pesantren Cipulus Purwakarta Ikuti Upacara HUT KE-76 RI dengan Prokes
Selasa, 17 Agustus 2021 | 06:00 WIB
Ribuan santri Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah Cipulus Wanayasa Kabupaten Purwakarta melaksanakan upacara pengibaran bendera merah putih dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76 Republik Indonesia (RI). (Foto: Istimewa)
Jakarta, NU Online
Ribuan santri Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah Cipulus Wanayasa Kabupaten Purwakarta melaksanakan upacara pengibaran bendera merah putih dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76 Republik Indonesia (RI). Acara tersebut digelar dengan tetap menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes) Pencegahan Penularan Covid-19.
H Hadi M Musa Said, salah satu Dewan Kiai Pesantren Cipulus, menyampaikan bahwa kegiatan tersebut dilaksanakan tidak terpusat pada satu titik saja, melainkan dipecah menjadi beberapa kelompok untuk mengantisipasi kepadatan saat upacara berlangsung. Mengingat ada sekitar enam ribuan santri yang terlibat mengikuti upacara HUT ke-76 RI di Pesantren Cipulus.
“Karena di sini ada sekitar delapan belas asrama, jadi pelaksanaannya tidak dikumpulkan di satu lapangan,” terang H Hadi kepada NU Online, Selasa (17/8).
Selain patuh prokes, menariknya dalam perayaan kemerdekaan itu, ribuan santri tetap berpenampilan dengan mempertahankan identitas kesantriannya. Baik pembina upacara, paskibra, dan peserta upacara menggunakan sarung dan peci serta memakai sandal. Meski demikian, tidak mengurangi suasana khidmat upacara kemerdekaan ke-76 RI.
Haji Abang, sapaan akrabnya, mengatakan upacara HUT RI ini, sebagai ungkapan terima kasih kepada para pejuang dan pahlawan, yang telah memerdekakan tanah air Indonesia. Sebab, rata-rata pahlawan bangsa merupakan para ulama.
“Sukarno pun, waktu itu berkonsultasi dan meminta izin kepada Mbah Yai Hasyim Asy’ari untuk menentukan kapan kita harus merdeka dan menyiapkan diri sebagai bangsa yang berdaulat,” kata Ketua Jaringan Alumni Muda (JAM) PMII ini.
Bahkan, ia menjelaskan, intervensi para ulama seperti Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, KH Wahid Hasyim, dan KH Wahab Hasbullah itu benar-benar perlu disampaikan kepada para santri agar jiwa patriotisme dan nasionalisme terpupuk dengan kuat dalam kehidupan mereka. Sebab, sejarah membuktikan, para pejuang bangsa adalah santri-santri yang rela berkorban merebut kemerdekaan RI.
“Artinya, santri juga harus diberi pemahaman tentang sejarah para ulama, ajengan, kiai, yang perannya pada waktu itu sangat sentral,” jelas menantu dari KH Adang Badruddin atau Abah Cipulus itu.
Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Syakir NF