Daerah

Santri Jangan Euforia, Tapi Harus Berkarya Lebih Giat Lagi

Senin, 21 Oktober 2019 | 12:00 WIB

Santri Jangan Euforia, Tapi Harus Berkarya Lebih Giat Lagi

Para pengelola BMT NU Cabang Wirolegi, Jember, berfoto bersama ala pakaian santri. (Foto: NU Online/Aryudi AR )

Jember, NU Online

Hari Santri 2019 menjadi momentum yang tepat bagi segenap pengelola Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan (KSPP) Syariah Baitul Maal wat Tamwil Nuansa Umat (BMT NU) Cabang Jember untuk menunjukkan kesantriannya. Hal ini diwujudkan dengan berpakaian ala santri mulai Senin hingga Selasa (21-21/10) besok.

 

Menurut Manager KSSP BMT NU Area Jember-Bondowoso, Ustadz Muhammad Jailani, pihaknya berpakaian ala santri (baju koko, sarungan plus kopiah) saat bekerja untuk memeriahkan Hari Santri, sekaligus penghormatan bagi para ulama dan santri yang telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.

 

“Pakaian ala santri bukan hanya dilakukan oleh BMT NU Cabang Jember, tapi di seluruh cabang BMT NU dan pusat karena ini instruksi dari pusat,” ujarnya kepada NU Online di kantornya, BMT NU Cabang Wirolegi, Jember, Senin ((21/10).

 

Bagi Ustadz Jailani, Hari Santri mempunyai makna yang mendalam, yaitu pengakuan pemerintah terhadap peran kaum santri, sekaligus koreksi sejarah terkait peran santri yang selama ini selalu ditenggelamkan. Dengan pengakuan seperti itu, wajar jika setiap tanggal 22 Oktober santri menyambutnya dengan gegap-gempita.

 

“Lebih setengah abad kita menunggu pengakuan itu. Hebatnya lagi, Undang-undang Pesantren juga sudah disahkan. Jadi santri jangan euforia, tapi harus berkarya lebih giat lagi karena diberi peluang besar untuk ambil peran dalam membangun bangsa,” urai Ustadz Jailani yang juga Bendahara MWCNU Sumbersari itu.

 

Walaupun demikian, alumnus Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Asembagus, Situbondo itu mewanti-wanti agar santri tidak terlena dengan pengakuan itu. Namun seharusnya semakin terdorong untuk berkarya dan terlibat dalam membangun bangsa.

 

“Kalau kita malas, tidak memanfaatkan peluang yang ada, ya sama saja dengan dulu, tidak ada kemajuan. Ini peluang besar, harus ditangkap dengan baik,” urainya.

 

Jika bebicara tentang ekonomi, maka sesungguhnya NU juga tak pernah melalaikan bidang yang satu ini. Terbukti, sebelum NU berdiri para ulama telah mendirikan Nahdlatut Tujjar, sebuah organisasi di bidang ekonomi. Organisasi tersebut akhirnya menyatu dalam tubuh Nahdlatul Ulama (NU).

 

“Jadi NU dan gerakan ekonomi sesungguhnya tidak bisa pisah. Sebab Nahdlatut Tujjar telah ‘berfusi’ dalam NU. Maka, momentum Hari Santri ini, sangat tepat jika dipergunakan untuk membangkitkan ekonomi warga NU,” ungkapnya.

 

KSSP BMT NU terbilag cukup cepat pertumbuhannya. Didirikan tahun 2004 oleh alumnus Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Asembagus, Situbondo, Masyudi, koperasi ini telah memiliki 53 kantor cabang yang tersebar di Madura dan Jawa Timur baian timur, dengan asset Rp. 230 Miliar.

 

Pewarta: Aryudi AR

Editor: Ibnu Nawawi