Ternate, NU Online
Mahasiswa sebagai generasi milenial harus memberikan sumbangsih bagi menyelesaikan problem keagamaan dan kebangsaan. Munculnya gerakan radikal dan intoleran saat ini menjadi ancaman serius bagi kehidupan kebangsaan di tanah air.
Pernyataan itu disampaikan Ruchman Basori Kasubdit Sarana Prasarana dan Kemahasiswaan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Ditjen Pendidikan Islam Kemenag RI.
Hal tersebut disampaikannya saat memberikan orasi kebangsaan Moderasi Beragama dan Wawasan Kebangsaan dalam acara Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) di Insititut Agama Islam Negeri (IAIN) Ternate, Maluku Utara, Jumat (30/8).
“Generasi milenial yang mempunyai ciri conviden, adaptif dan responsif terhadap teknologi informasi terutama berselancar di dunia maya, menjadi resoursis untuk menangkal radikalisme,” kata Ruchman.
Mantan aktivis mahasiswa saat di IAIN Walisongo, Semarang, Jawa Tengah ini meminta kepada para mahasiswa baru untuk menjadikan media sosial sebagai pencerahan intelektual kepada publik.
“Kemampuan intelektual dan kepedulian anda pada lingkungan sosial harus terus diasah, karena publik banyak berharap pada mahasiswa dan calon sarjana perguruan tinggi Islam,” ungkapnya.
Ruchman menegaskan mahasiswa milenial adalah corong moderasi beragama yang dapat bermain disegala lini terutama di media sosial berdialektika dengan kaum muda lainnya di negeri ini.
Lebih lanjut dirinya menegaskan bahwa DNA atau geneologi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) termasuk IAIN Ternate adalah moderasi beragama.
“Sejak kelahirannya civitas akademika PTKI dididik dengan pemahaman keagamaan yang moderat, damai dan toleran,” ungkapnya di hadapan 852 mahasiswa baru.
Praktik-praktik inklusifitas dan pluralitas IAIN Ternate telah nampak terlihat dengan adanya 8 orang mahasiswa yang berasal dari non-muslim untuk menuntut ilmu di sini.
“Langkah ini menjadi kebanggaan dan memperkuat komitmen PTKI membangun pluralisme dan keterbukaan akademik,” jelas Ruchman.
Dalam pandangannya, mahasiswa IAIN Ternate harus menjadi garda terdepan moderasi beragama di Indonesia. “Karena memiliki kapasitas keagamaan dan daya intelektual yang cukup,” tandasnya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama IAIN Ternate, Adnan Mahmud mengatakan kehidupan keberagamaan kami di Ternate selama ini telah berjalan dengan baik.
“Kami menganggap yang lain adalah teman dan tidak membahayakan, karenanya pada tahun akademik 2019/2020 kami merektut mahasiswa non-muslim untuk studi di kampus kami,” kata Adnan.
Adnan berharap 8 mahasiswa non-muslim dapat kerasan dan selesai studi menjadi sarjana.
“Hubungan baik antaragama di sini menjadi modal penting merekatkan tali keagamaan dan kebangsaan dan mahasiswa kami yang berasal dari berbagai latar belakang adalah modal utama bagi kami,” ungkapnya.
Di akhir sesi orasi kebangsaan, Ruchman Basori bersama Wakil Rektor I Tahir Sapsuha, Wakil Rektor II Marini Abdul Djalal, Wakil Rektor III Adnan Mahmud, Wakil Dekan II FTIK Ramli Yusuf, Pengurus Ormawa beserta seluruh mahasiswa baru menyanyikan lagu ‘Yaa lal Wathan’.
Lagu ciptaan pahlawan nasional KH Abdul Wahab Chasbullah tersebut untuk menggugah kecintaan para mahasiswa baru terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pewarta: Imam Kusnin Ahmad
Editor: Ibnu Nawawi