Jakarta, NU Online
Peringatan 100 hari meninggalnya tokoh NU Betawi yang semasa hidupnya mengemban amanah Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jakarta Timur, Kiai Fathonah, diadakan dengan tahlilan serta santunan anak yatim dan buka puasa bersama di kediamannya, Kp Pedaengan, Cakung, Jakarta Timur, Selasa (4/5).
Sejumlah Pengurus NU dari mulai tingkat wilayah hingga tingkat ranting nampak hadir mengikuti acara tahlilan ini, antara lain Kiai Bahauddin (Wakil Ketua PWNU DKI), Kiai Agus Muslim (Ketua PCNU Jakarta Utara), perwakilan PCNU Jakarta Utara, Muslimat NU DKI dan seluruh jajaran PCNU Jakarta Timur mengikuti jalannya acara dari awal hingga akhir.
Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an dan shalawat dilangitkan mengharapkan almarhum ditempatkan di sisi Allah SWT.
Kiai Kamal, Pengurus NU Jakarta Timur menyebut Kiai Fathonah sebagai 'Guru', panggilan alim di Tanah betawi. Iya meyakini Kiai Fathonah yang meninggal dalam keadaan terdampak Covid-19 insyaallah masuk surga-Nya Allah Ta'ala.
Seratus hari yang digelar pada waktu Ashar hingga menjelang Maghrib ini menurutnya merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa. Rangkaian acara ini diisi dengan santunan dan buka pusa bersama anak yatim yang pahalanya dihadiahkan untuk Kiai Fathonah.
"Kita doakan pengabdian kiai untuk umat khususnya untuk Nahdlatul Ulama, semoga bermanfaat untuk keluarga dan anaknya dan kita dapat meneladani kiprah beliau dalam membumikan Ahlusunnah wal Jama'ah," ucapnya.
Senada, Kiai Agus Muslim Ketua PCNU Jakarta Utara mengungkapkan bahwa Kiai Fathonah merupakan sosok orang tua di ranah NU DKI, karena di jajaran pengurus NU DKI beliau sosok yang berpengalaman dari segi ilmu maupun pengabdian.
"Kita-kita ini junior maka beliau adalah orang yang kami tuakan. Ketika diskusi kami selalu manut, sami'na watho'na. Beliau feeling-nya tajam karena penuh dengan pengalaman, bukan kaleng- kaleng. Sudah teruji terutama soal kepimpinan. Beliau kader sungguhan," ingatnya.
"Saya yakin Kiai Fathonah di tengah tengah masyarakat menjadi teladan khususnya keluarga yang ia tinggalkan," sambungnya.
Sementara Gus Azaz Rulyaqin, pengurus yang saat ini melanjutkan tampuk kepemimpinan Kiai Fathonah menjadi Ketua PCNU Jakarta Timur mengingat kiprah almarhum yang banyak memberikan kontribusi untuk umat di Jakarta Timur. Bukan hanya warga NU saja, tetapi seluruh umat di Jakarta Timur selalu menjadi prioritas ia.
"Walaupun dengan kondisi seperti ini kita masih menyelenggarakan 100 hari, yang bisa kita teladani adalah totalitas beliau dalam mengurus umat dan NU. Hampir tiap hari pulang malam hanya ngurus NU dan umat, jam satu malam masih mengurus NU," ujarnya.
Keteladanan yang dicontohkan Kiai Fathonah semasa hidup menjadi teladan buat Gus Azaz, walaupun sulit, katanya, ia akan menjadikan motivasi dalam melanjutkan roda kepemimpinan di PCNU Jakarta Timur.
Ia mengingat pesan Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari yang sering kali diucapkan Kiai Fathonah dalam tiap kesempatannya, siapa yang mengurus NU, saya anggap santriku, siapa yang menjadi santriku saya doakan husnul khotimah beserta keluarganya.
"Insyaalah kalau ngurus NU kita berkah dan sejahtera dan insyaallah kita husnul khotimah," pungkasnya.
Seperti diketahui Ketua PCNU Jakarta Timur KH Fathonah meninggal dunia pada Sabtu (23/1/21) pukul 19.20 di RS Polri Jakarta. Kiai kelahiran Jakarta, 2 Januari 1958 itu wafat setelah sekitar satu pekan dirawat karena positif Covid-19.
Kontributor: Abdullah Faqihudin Ulwan
Editor: Kendi Setiawan