Sowan ke Buntet Pesantren, KMNU ITB Sampaikan Platform Santri Pelopor Inovasi Berkelanjutan
Ahad, 11 Februari 2024 | 08:00 WIB
Rombongan KMNU ITB mengadakan rihlah di Pesantren Buntet, Cirebon, Jawa Barat, Jumat (9/2/2023) (Foto: istimewa)
Cirebon, NU Online
Dalam rangkaian rihlah ke Sunan Gunung Djati Cirebon, Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama Institut Teknologi Bandung mengunjungi Pondok Pesantren Buntet Asy Syaukuroh Cirebon, Jumat (9/2/2023). Rombongan yang berjumlah 33 orang ini, terdiri dari beberapa mahasiswa lintas angkatan dan lintas jurusan kampus di ITB. Selain mahasiswa ITB, rihlah ini juga dihadiri oleh Mahasiswa Unpad sebagai tamu undangan.
Iqbal Musthofa, Ketua KMNU ITB 2024-2025 menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu program besar dalam kepengurusannya. Urgensi rihlah ini, selain melakukan ziarah ke makam wali dan meningkatkan kekompakan internal. Ia juga sekaligus menyampaikan hasil-hasil riset/inovasi dari rekan-rekan sivitas KMNU ITB.
"Kita punya banyak talenta individu yang luar biasa. Ketua Google Development Club, Ketua AKSITARU Indonesia, pengusaha tambang, dan para guru besar ada di tempat kami. Fokus kami ingin bersama sama membangkitkan desa melalui peran pesantren sebagai laboratorium inovasi teknologi berkelanjutan. Salah satunya, agenda tur teknologi ke pesantren-pesantren di Jawa, terutama di Desa Miskin Ekstrem," jelas Iqbal.
Iqbal juga menambahkan bahwa terpilihnya Pesantren Buntet Asy Syaukuroh sebagai destinasi pertama dan utama, adalah untuk menjalin upaya upaya transformasi mencetak kader NU di kalangan akademisi dan technopreneur melalui sinkronisasi program kaderisasi dan kemitraan antara PMII dan KMNU.
"Kalau PMII mencetak para birokrat dan politisi dari rahim NU. Saya lihat KMNU ini, terus fokus mencetak alumni penggiat kampus, pengusaha dan teknokrat. Sepertinya keduanya perlu kolaborasi dan saling mengisi ruang, misalkan dengan kita kolaborasi program riset atau penerapan teknologi bersama," kata Iqbal, mahasiswa aktif Oseanografi ITB 2021.
Senada dengan Iqbal Mustofa, Ahmad Mutawally Nawwar, Ketua Google Development Students Club, forum pimpinan mahasiswa penggiat web and developer apps, juga mengutarakan bahwa kegiatan ini akan meningkatkan konsolidasi internal para kader mahasiswa NU di ITB, mengingat ITB ini memiliki 3 kampus yang berlokasi berbeda.
Baca Juga
KMNU dan Tantangan Industri 4.0
"Kami punya 3 kampus di lokasi berbeda, di Ganesha Kota Bandung, Jatinangor Sumedang, dan Arjawinangun Cirebon. Saya harap, semua kader bergerak dari potensi internal dan masalah dari tiap wilayah," jelas Nawar kepada tim.
Abdullah Syukri, Pengurus Pondok Pesantren Asy Syaukuroh dan Ketua PB PMII juga mengapresiasi inisiatif kegiatan rihlah sivitas Mahasiswa NU ITB.
Abe sapaan akrabnya juga menambahkan bahwa kegiatan kunjungan ini diharapkan mampu membangun potensi kekuatan bagi jamaah NU. Abe juga menilai perlunya ada wadah akselerasi bagi rekan rekan KMNU yang potensial baik dalam negeri atau diaspora.
"Berbagai talent temen-teman ke depan akan sangat membantu jamaah NU. Saya ingin ada peran suatu saat, ada ruang, ada kebijakan yang mampu mendorong kontribusi dan ide dari teman-teman," jelas Abe.
Menanggapi hal itu, Eko Fajar Setiawan salah seorang perwakilan dari AKSITARU Indonesia menyampaikan bahwa terpilihnya Pondok Pesantren Buntet Asy Syaukuroh ini sangat diharapkan menjadi akselerator untuk menciptakan peran nyata dan sumbangsih keluarga Mahasiswa NU mengentaskan kemiskinan ekstrem di Jawa Barat.
"Saya melihat bahwa Kabupaten Cirebon ini punya masalah soal miskin ekstrem. Padahal potensi lembaga pendidikan kita kuat sekali. Teknologi yang kita kembangkan, perlu mengarah pada market and community driven. Makanya perlu berkelanjutan," jelas Eko yang juga perwakilan Alumni KMNU ITB
Eko juga menambahkan bahwa peran AKSITARU sebagai akademi kader teknik, konstruksi dan tata ruang di antaranya untuk meningkatkan keterampilan kader dan talenta muda perguruan tinggi mencetak peluang pengembangan bisnis sosial berbasis industrialisasi desa. Ia juga mendorong adanya kemitraan antara KMNU dengan AKSITARU Indonesia.
"Kalau saya lihat, KMNU punya massa yang cerdas. Adik-adik KMNU bisa berkembang sebagai talent kami untuk terlibat sebagai tim riset, promotor riset/teknologi, diseminator teknologi, dan kader aktivator BUMDes/Koperasi di desa. Kami punya 5 workshop teknologi dan 3000 Penggerak Desa mitra," jelas Eko.