Pringsewu, NU Online
Niat memegang peranan penting diterima atau tidaknya amal seseorang. Banyak amal perbuatan yang berbentuk amal dunia berubah menjadi amal akhirat karena baiknya niat. Namun sebaliknya banyak amal perbuatan yang berbentuk amal akhirat namun menjadi amal dunia karena salah dan buruknya niat.
"Makan itu bisa bernilai pahala jika diniati menambah kekuatan tenaga untuk beribadah. Tapi akan bernilai dosa jika niatnya untuk melakukan maksiat," jelas Ketua NU Kecamatan Pringsewu, KH Sodikin menjelaskan tentang niat di depan jamaah Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi), Ahad (1/3).
Penjelasan ini terdapat pada hadits pertama Kitab Arbain Nawawi tentang niat yang menegaskan peringatan Nabi kepada sahabat yang berhijrah namun niatnya bukan karena Allah dan Rasulullah. Sahabat ini hijrah karena hanya ingin menikahi wanita yang ia senangi di Madinah.
Kata "Hijrah" ini juga yang saat ini digunakan beberapa kelompok untuk menunjukkan perubahan arah pemahaman keagamaan. Jika yang mereka lakukan salah niat, semisal hanya ikut tren dan tidak didasari ilmu yang cukup, maka semuanya akan sia-sia dan membawa kemudlaratan saja.
"Apalagi menggunakan kata hijrah hanya untuk pamer-pameran dan hanya menunjukkan perubahan penampilan saja," katanya dalam kajian bersumber Kitab Arbain Nawawi.
Memang menurut Kiai Sodiqin, di antara tantangan terbesar dalam memurnikan niat adalah godaan penyakit riya (pamer). Riya bisa terbersit dalam hati setiap orang sebelum dan sesudah melakukan amal. Riya sebelum melakukan amal disebut sebagai riya murni karena inti dari orang yang melakukan amal memang ditujukan bukan karena Allah.
"Riya yang tidak murni terjadi setelah seseorang melakukan amal seperti saat ada orang yang memuji setelah melakukan amal ibadah," jelasnya.
Kajian hadits tentang niat ini merupakan pembahasan perdana dari Ngaji Kitab Arbain Nawawi yang dijadwalkan rutin pada Jihad Pagi yang rutin dilaksanakan setiap pekannya di aula gedung NU Pringsewu.
Kitab Arbain Nawawi sendiri merupakan sebuah kitab yang membahas 42 hadits shohih yang berisi sanad, matan, dan rawi yang lengkap. Kitab ini disusun oleh Imam Nawawi yang bernama asli Muhyidin Yahya bi Syaraf. Berbagai bidang agama dibahas dalam kitab yang ini seperti perihal ibadah, fiqih, akidah, dan bab furuiyyah lainnya.
"Barang siapa mau menghafal hadits-hadits yang ada di Arbain Nawawi ini maka baginya balasan pahala, syafaat nabi, masuk surga melalui pintu yang ia inginkan dan akan bersama ulama dan meninggal dalam keadaan syahid," pungkasnya.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin