Bojonegoro, NU Online
Banyaknya kader perempuan Nahdlatul Ulama (NU) dari berbagai latar belakang profesi, penting diakomidir untuk mengembangkan organisasi. Sehingga Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Bojonegoro, Jawa Timur, merasa perlu mengadakan Latihan Kader Dasar (LKD) khusus.
Pelatihan yang berlangsung di salah satu hotel di Kota Ledre, Ahad (13/10), diikuti 37 peserta kader perempuan NU dari berbagai profesi. Mulai guru, dosen, wiraswasta, perangkat desa, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dokter, dan yang lainnya.
Ketua Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Ifa Khoiria Ningrum mengucapkan terima kasih atas partisipasi para peserta, termasuk pengurus PW Fatayat NU Jawa Timur yang telah hadir memberikan materi selama pelatihan.
"Pelaksanaan LKD Profesional untuk menampung kader-kader fatayat yang belum tersentuh oleh PAC dan ranting," jelas Ifa yang juga Dosen Univeritas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (Unugiri) Bojonegoro.
Menurutnya, berbagai materi disampaikan termasuk keorganisasian, aswaja, dan kefatayatan. Sehingga kader fatayat dapat memahami dan mengerti organisasi yang juga badan otonom (Banom) NU, termasuk ke depannya berkhidmat untuk NU.
"Apalagi para kader dari berbagai latar belakang profesi, menunjukkan fatayat ada di mana-mana. Dengan ini agar fatayat bisa masuk dan membaur dengan semua kalangan lintas profesi dan pemberdayaan kader muda dari alumni IPPNU dan PMII," terangnya.
Perwakilan PCNU Kabupaten Bojonegoro, Moh Zainuddin Ashari mengapresiasi kegiatan kaderisasi pengurus PC Fatayat NU Bojonegoro. Melihat LKD profesional ini menunjukkan banyaknya kader perempuan NU dari berbagai latar belakang profesi.
"Kader fatayat diharapkan bisa lebih memahami tentang ke-NUan dan keaswajaan agar ghirah perjuangannya lebih militan. Fatayat bisa merangkul perempuan dari berbagai macam latar belakang, sehingga bisa memperluas jaringan dan kebesaran NU," ungkap mantan Ketua PC GP Ansor NU Bojonegoro itu.
LDK profesional yang dibuka PW Fatayat NU Jawa Timur, Yeni Lutfiana meminta fatayat NU harus bisa memilah dan memilih, mana yang ajaran aswaja dan mana yang radikal. Sebab bisa jadi perbedaan antara keduanya sangat tipis, jadi sebagai kader harus selektif.
"Cerdas dan bijak dalam bermedsos, jangan sampai fatayat ketinggalan dalam hal tehnologi, tapi harus mengedepankan akhlaq," pesan Yeni.
Kontributor: M Yazid
Editor: Abdul Muiz