Tradisi Menyambut Ramadhan di Aceh: Meugang dan Momen Kebersamaan Keluarga
Rabu, 26 Februari 2025 | 20:15 WIB

Sejumlah warga Banda Aceh mulai membeli daging di hari Meugang saat menyambut bulan suci Ramadan, Rabu 26 Februari 2025. (Foto: NU Online/Wahyu Majiah)
Banda Aceh, NU Online
"Piyoh, piyoh, eungkot sie mak, ayah (bahasa Aceh)," tawaran singkat penjual daging sapi di sejumlah pasar kota Banda Aceh.
"Singgah, singgah, dagingnya pak, buk."
Menyambut bulan suci Ramadan, masyarakat Aceh memiliki tradisi unik yang telah diwariskan turun-temurun. Salah satu tradisi yang paling dinantikan adalah Meugang, yaitu hari di mana masyarakat Aceh berbondong-bondong membeli daging untuk diolah dan disantap bersama keluarga. Tradisi ini menjadi momen spesial yang tidak hanya sarat dengan makna religius, tetapi juga mempererat ikatan kekeluargaan.
Lazimnya, jika hari ini tiba jalanan menuju pasar-pasar mulai padat, daging-daging besar bergelantungan di tiang lapak, orang-orang yang memegang tentengan plastik berisi daging sapi juga mulai ramai keluar dari pasar.
Saban tahun aktivitas ini berulang dilakukan masyarakat Aceh, tak terkecuali tahun ini. Meugang biasanya dilaksanakan dua hari sebelum Ramadan tiba.
Suasana di rumah-rumah warga Aceh pada hari Meugang begitu khas. Harum semerbak daun kari pun tercium dari kejauhan, dapur-dapur dipenuhi aktivitas memasak, sementara aroma sedap masakan menggugah selera siapa pun yang menciumnya. Daging tersebut diolah menjadi masakan lezat, seperti gulai, kari atau rendang.
Keluarga besar berkumpul, duduk bersama menikmati hidangan yang telah dimasak dengan penuh cinta. Momen ini tidak hanya tentang menyantap makanan lezat, tetapi juga tentang kebersamaan dan rasa syukur atas rezeki yang diberikan.
“Setiap Meugang, rumah kami selalu penuh dengan aroma daun kari dan rempah-rempah. Ini adalah momen di mana seluruh keluarga berkumpul, bercerita, dan bersyukur bersama,” tutur Nadia, salah seorang warga Banda Aceh, Rabu (26/2/2025).
Sie Reuboh, Hidangan Istimewa saat Meugang
Selain olahan sederhana, daging-daging ini juga diolah menjadi Sie Reuboh. Hidangan ini menjadi salah satu hidangan istimewa saat Meugang terutama di wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar.
Sie Reuboh adalah masakan tradisional Aceh yang terbuat dari daging sapi atau kerbau yang dimasak dengan bumbu rempah khas, seperti lengkuas, serai, daun salam, daun jeruk, dan cabai. Proses memasaknya pun unik, daging direbus dalam waktu lama hingga empuk dan bumbu meresap sempurna, lazimnya, hidangan ini biasanya dimasak di dalam belanga tanah liat. Hasilnya adalah hidangan yang gurih, pedas, dan aromatik, cocok disantap dengan nasi hangat atau lontong.
“Setiap Meugang, kami selalu memasak Sie Reuboh. Ini adalah cara kami bersyukur dan menyambut Ramadan dengan penuh suka cita,” ujar Nurhayati, warga Aceh Besar.

Nurhayati menyebutkan, masakan Sie Reuboh dipilih menu Meugang lantaran olahan daging ini bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawet, sehingga saat hari puasa pertama dia tidak perlu repot memasak hidangan berbuka lainnya.
"Kalau buka puasa pertama tidak harus masak banyak lagi, cukup panaskan Sie Reuboh di hari Meugang saja," ungkapnya.
Sehari setelah pelaksanaan Meugang, ada pula kebiasaan unik lainnya yang dilakukan masyarakat Aceh, terutama di wilayah Barat Selatan. Sehari sebelum puasa dimulai, banyak keluarga memilih untuk berekreasi bersama. Aktivitas ini biasanya dilakukan dengan mengunjungi pantai, bukit, atau tempat wisata alam lainnya, hari ini di sebut sebagai hari makan-makan.
Salah seorang warga Aceh Selatan, Patimah Haji mengungkapkan momen ini dimanfaatkan untuk menghabiskan waktu berkualitas dengan keluarga sebelum memasuki bulan Ramadan yang penuh ibadah.
“Meugang dan rekreasi sebelum puasa adalah tradisi yang selalu kami nantikan. Ini bukan hanya tentang makan enak atau jalan-jalan, tapi juga tentang kebersamaan dan rasa syukur,” ujar Patimah Haji lewat telpon seluler.
Tradisi Meugang dan rekreasi keluarga ini menjadi bukti betapa masyarakat Aceh sangat menghargai nilai-nilai kebersamaan dan keharmonisan dalam keluarga. Meskipun zaman terus berubah, tradisi ini tetap lestari dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Aceh.
Menjelang Ramadhan tahun ini, antusiasme masyarakat Aceh terlihat semakin besar. Pasar-pasar tradisional ramai dikunjungi, sementara tempat-tempat wisata dipadati keluarga yang ingin menghabiskan waktu bersama sebelum bulan puasa tiba. Semoga tradisi ini terus terjaga dan menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang.