Kemudian, yang tidak kalah pentingnya, berupa update informasi peraturan organisasi yang tentu sangat dibutuhkan bagi para kader, baik di tingkat pusat maupun di daerah-daerah yang kala itu tengah bersemangat untuk menggiatkan cabang yang baru terbentuk, seperti yang diharapkan dalam tulisan di majalah tersebut:
Dari majalah ini pula, penulis dapat mengetahui secara sekilas, sejarah perjalanan cabang-cabang IPNU di berbagai daerah di Indonesia. Caswiyono Rusdie dkk dalam buku KH Moh Tolchah Mansoer, Biografi Profesor NU yang Terlupakan (Pustaka Pesantren, 2009) mencatat kemunculan cabang-cabang baru IPNU, tak lepas dari peran serta Tolchah Mansoer, sang ketua pimpinan pusat IPNU pertama, dalam melakukan konsolidasi dengan berkeliling ke banyak daerah.
Sejak IPNU didirikan pada tahun 1954, hingga dua tahun pertama, Tolchah mengkonsentrasikan programnya untuk konsolidasi dan penguatan kelembagaan internal, yang hasilnya kemudian kurang lebih 100 cabang berhasil didirikan.
Bermula dari tiga daerah (Solo/Surakarta, Semarang, Yogyakarta) yang menjadi pemrakarsa lahirnya organisasi pelajar, hingga akhirnya dalam kurun dua tahun, ratusan cabang dan beberapa wilayah baru berhasil didirikan.
2. Margoyoso
3. Surakarta
4. Pekalongan
5. Pamekasan
6. Menes Banten
7. Lamongan
8. Krapyak
9. Purbalingga
10. Madiun
11. Kota Bandung
12. Yogyakarta
13. Peterongan
14. Tulungagung
15. Kendal
16. Sampang
17. Kutaradja dan lain-lain
Sedangkan tiga cabang lainnya yang masih dipersiapkan yakni: Bukittinggi, Kabupaten Agam/Bukittinggi, dan Blambangan (Banyuwangi). Besar kemungkinan ketiga cabang persiapan tersebut, baru akan disahkan pada Kongres IPNU berikutnya di Purwokerto pada tahun 1963.
Di dalam majalah Risalah Organisasi IPNU ini, sebetulnya juga diterangkan secara lengkap mengenai nama-nama pengurus beserta alamat kesekretariatan/kantor di beberapa cabang, yang akan dipaparkan pada tulisan berikutnya. Nama-nama ini kiranya akan dapat semakin melengkapi kepingan puzzle informasi sejarah organisasi pelajar NU di daerah tersebut.
Editor: Abdullah Alawi