Pada tahun 1960-an, Indonesia memiliki banyak lembaga kebudayaan langsung maunpun tidak memiliki afiliasi terhadap sebuah parta. Waktu itu, NU yang berubah status sejak 1952 menjadi partai politik, juga memiliki lembaga kebudayaan. Namanya Lesbumi, kependekan dari Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia. Lembaga ini dibentuk tahun 1962.
Menurut Choirotun Chisaan pada bukunya LESBUMI: Strategi Politik Kebudayaan kehadiran Lesbumi dianggap sebagai penanda kemodernan di tubuh NU. Modern jika dilihat dari pandangan NU melalui Lesbumi yang sama sekali baru terhadap seni budaya, dan modern jika dilihat dari personifikasi ketiga tokoh pendirinya: Djamaluddin Malik, Usmar Ismail, dan Asrul Sani.
Inilah respons NU terhadap modernitas, terutama menyangkut relasi agama dan politik dalam konteks “kemusliman” melalui pendefinisian ulang seni-budaya “Islam”.
Beberapa tahun dibentuk, lembaga ini memiliki sebuah majalah bernama Gelanggang.
Berikut ini adalah susunan pengurus PP Lesbumi setelah dibentuk di Jakarta.
Ketua Umum : H. Djamaluddin Malik
Wk. Ketua I : Usmar Ismail
Wk. Ketua II. : Drs. Asrul Sani
Sek. Jendral : Anas B.S.
Sekretaris I : Hasbullah Chalid
Bcndahara Urnum : H. Mohd. Madehan
Wk. Bendahara : H. A. Latief
ANGGOTA-ANGGOTA:
1. H Tubagus Mansur Makmun
2. H Mahbub Djunaidi
3. H Husny
4. H Abd. Sjukur Tajib
5. Ishari (Djawa Timur)
6. Nadjaruddin Naib
7. Huscin Alaydrus
8. K. Musa Machfudz
9. Muhtar Byna
PEMBANTU-PEMBANTU AKTIF:
1. KH M. Wahib Wahab
2. H A. Sjaichu
PENASEHATAKTIF:
1. KH M. Idham Chalid
2. H Zainul Arifin
3. KH Saifuddin Zuhri
4. KH Fatah Jasin
CHUSUS PENTJAK SILAT:
1. KH M. Tambih
2. H Djum Maksum
PELINDUNG: KH Abd. Wahab Hasbullah
Sumber: Arsip Nasional tentang Susunan Pengurus Lesbumi berdasarkan Surat
Keputusan PB Partai NU No. 1614/Tanf/VII-62, tanggal 1 Shofar 1382 H/3 Djuli 1962 yang dikutip dari buku LESBUMI: Strategi Politik Kebudayaan karya Choirotun Chisaan.
Penulis Abdullah Alawi
Editor: Alhafiz Kurniawan