Buku Petundjuk Mu’tamar ke-XXIII Partai Nahdlatul Ulama yang diterbitkan Sekretariat Panitia Muktamar ke 23 NU (1962), memberi banyak gambaran menarik terkait dinamika muktamar yang diadakan di tengah situasi politik di dalam negeri yang semakin hangat dengan adanya Kabinet Nasakom, juga masih dalam semangat Trikora (Tri Komando Rakyat).
Sebelumnya, telah dibentuk sebuah kepanitiaan yang memadukan para pengurus NU, baik dari pusat, wilayah (Jawa Tengah) dan wilayah Karesidenan Surakarta. Adapun susunan panitia sebagai berikut:
2. KH Idham Chalid (Ketua PBNU)
Penasihat:
1. KH Ma’ruf (Pengasuh Pesantren Jenengan/Rais Syuriah PCNU Surakarta)
2. KH Dimyati al-Karim (Madrasah Salafiyah Mangkunegaran/pernah menjadi Syuriah PBNU)
3. KH Ahmad Umar Abdul Mannan (Pengasuh
4. KH Hilal (Rais Syuriah PCNU Sukoharjo), KH Imron Rosjadi (PBNU)
5. KH Jasin (Menantu KH Manshur Popongan/PCNU Surakarta)
6. KH Asy’ari (Tegalsari Laweyan/ PCNU Surakarta)
Supervisor:
1. KH Munir Abisudjak
2. Mursjidi Effendi
3. Nyai Hj Mahmudah Mawardi (Ketua PP Muslimat NU/ Asli Keprabon Solo)
4. Wirjosumarto
Muktamar dilaksanakan di kompleks Dalem Kusumojudan (kini Kusuma Sahid Prince Hotel). Sedangkan acara resepsi pembukaan Mu’tamar digelar di Gedung Balai Kotapradja Surakarta.
Dalam sambutannya, Ketua Umum PBNU KH Idham Chalid menyitir salah satu kalimat orang Jawa alon-alon jen kelakon.
"... Alon-alon bukan karena kemalasan dan kelambatan, tetapi karena kebidjaksanaan dan pertimbangan yang teliti. Alon-alon jang berarti tidak grusa-grusu. Tidak terburu-buru asal bertindak dengan tanpa perhitungan akal jang sehat. Alon-alon karena sadar bahwa jang akan dibangun bukan rumah dari bambu untuk menginap sementara, tetapi jangmendjadi tudjuan ialah gedong yang besar, kukuh, teguh, berangka besi beton jang tak lapuk karena hudjan, tak laju karena panasnja masa!
(Bersambung)