Namun, sayang dua klinik itu berhenti beroperasi pada tahun 1936, beberapa bulan sebelum muktamar. Pasalnya, dokter di dua klinik itu dipindahtugaskan ke Kalimantan. Jadi, NU Serang hanya menyediakan tempat, sementara dokternya miliki pemerintah Hindia Belanda.
Sayangnya, laporan tersebut tidak menjelaskan ada dan tiadanya pengganti dokter yang dipindahtugaskan di wilayah Serang. Kalaupun ada, kenapa NU Serang tidak meminta hal serupa sebagaimana yang dilakukan kepada dokter sebelumnya.
Meski demikian, upaya Cabang NU Serang dalam bidang kesehatan, hanya berjalan dua tahun, patut diacungi jempol, jika ditinjau NU pada masa itu. Pertama, NU baru beberapa tahun berdiri. Kedua, garapan utama NU adalah memperjuangkan Islam Ahlussunah wal Jamaah dengan mengikuti salah satu dari empat mazhab. Sementara klinik, adalah barang mewah.
Meski demkian, usaha kesehatan NU tidak berhenti di cabang Serang. Pada tahun 1936 Berita Nahdlatoel Oelama melaporkan, pada 23 Muharam 1355 H, NU Cabang Jombang membuat komite untuk mendirikan mustasyfa atau polikinik.
Komite tersebut terdiri dari H Asy’ari sebagai voorzitter, M. Masyhari sebagai Vice Vooorzitter, H Noersyams sebagai penningmeester, Madchan sebagai adj. penningmeester, H Abdulkadir sebagai sekretaris, M. Syarif sebagia adj. sekretaris, KH Bisri sebagai commissaris, H Mahfoed sebagai commissaris, H Hasyim sebagai commissaris, M. A. Bakri sebagai commissaris, KH Abdul Wahab sebagai adviseur, Tuan Dokter Angka sebagai adviseur.
Berdasarkan laporan tersebut, dalam waktu 15 hari mereka bekerja untuk menyiapkan segalanya. Dan semuanya tercapai. Laporan tersebut mengatakan,
“Maka beliau masing-masing berusaha sekuatkuatnya. Dari hal pengobatan diterima diterima Tuan Dokter Angka, dan hal pekerjaan lain-lain dikerjakan oleh anggotanya yang lain. Dalam tempo 15 hari saja, rumah dan alat yang digunakan poliklinik NU tercapailah dengan lengkap,” ungkap Berita Nahdlatoel Oelama 1 Juni 1936.
Kemudian pada 18 Safar 1355 H bertepatan dengan 10 Mei 1936 M, NU Jombang mengadakan openbaar lezing di Madrasah NU untuk mengumumkan hasil dari upaya komite yang telah dibentuk, sekaligus peresmiannya.
Openbaar itu dihadiri 500 orang anggota NU dan perwakilan dari beragam cabang perkumpulan yang ada di Jombang. Hadir bupati Jombang, asisten residen dan bendoro wedana Jombang, serta dokter Abdul Majid, seorang dokter Gouvernemensdienst Jombang, perwakilan NU Cabang Nganjuk, perwakilan dari Muhammadiyah (Abdulkahar), perwakilan Parindra, KBI, HCTNH.
Kegiatan yang dipimpin KH Bisri Sansoeri itu dihadiri Rais Akbar NU Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ai dan KH Abdul Wahab Chasbullah.
Penulis: Abdullah Alawi