Jakarta, NU Online
Rakyat semakin terancam dalam jurang kelaparan. Hal itu berdasarkan data yang disampaikan oleh Badan Pangan PBB, FAO. Kepala FAO, David Beasley memperingatkan bahwa 16 juta warga Yaman terancam kelaparan.
Dijelaskan oleh David, Program Pangan Dunia (WFP) kehabisan anggaran awal tahun 2021 ini. Ia pun menyerukan agar Amerika serikat, Jerman, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi serta donor lain menambah anggarannya untuk bantuan kemanusiaan di Yaman.
"(Dan karenanya) kami menghindari kelaparan dan bencana," katanya dikutip dari Associated Press pekan lalu.
Yaman menjadi salah satu negara konflik sejak 2014. Negara ini terlibat perang saudara saat Houthi, pemberontak yang didukung Iran menguasai ibu kota Sanaa dan sebagian besar bagian utara negara itu.
Tanpa pendanaan baru, kata David, jatah makanan untuk 3,2 juta penduduk akan dikurangi pada Oktober mendatang. Sementara di Desember, pengurangan akan bertambah menjadi 5 juta penduduk.
Insiden itu memaksa Presiden Yaman, Abed Rabbo Mansour Hadi, melarikan diri ke selatan, kemudian ke Arab Saudi.
Kemudian pada Maret 2015, koalisi yang dipimpin Saudi yang juga didukung Amerika Serikat, masuk ke wilayah tersebut.
Mereka mencoba mengembalikan Hadi ke tampuk kekuasaan, dan memberikan dukungan di belakang pemerintahannya.
Kampanye udara dan pertempuran darat tak kunjung henti dan membuat perang semakin memburuk, bahkan menyebabkan krisis kemanusiaan. Sejak itu AS telah menangguhkan keterlibatan dirinya dalam konflik tersebut.
"Kami ingin perang ini berakhir, yang pertama. Dan jika para donor mulai lelah, yah, akhiri perang," kata David.
Ia mendesak para pemimpin dunia menekan semua pihak agar mengakhiri penderitaan rakyat Yaman. Mengingat mata uang anjlok dan harga pangan melonjak.
"Mereka tidak memiliki kapasitas untuk mengatasi. Mereka tidak punya sisa uang untuk membeli apapun. Ini adalah patah hati. Ini benar-benar terjadi," lanjut David.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengajukan banding sebesar $3,85 miliar atau sekitar Rp54,9 triliun untuk Yaman tahun ini. Tetapi para donor hanya menjanjikan kurang dari setengah jumlah itu, yakni $1,7 miliar atau sekitar Rp24.2 triliun.
Sementara itu, Kepala Badan anak-anak PBB (UNICEF), Henrietta Fore, mengatakan 11,3 juta anak Yaman membutuhkan bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup.
"2,3 juta anak balita kekurangan gizi akut, dan hampir 400 ribu dari mereka menderita kekurangan gizi akut parah yang menempatkan mereka pada risiko kematian yang akan segera terjadi."
Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Muchlishon