Di ICONIST 2023, 64 Peneliti Internasional Bahas Relevansi Agama Hadapi Kecanggihan Teknologi dan Perubahan Iklim
Senin, 6 November 2023 | 17:45 WIB
Para tokoh dan tamu undangan dalam pembukaan ICONIST 2023 di Discovery Hotel Jakarta, pada Senin (6/11/2023). (Foto: dok istimewa)
Jakarta, NU Online
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengadakan International Conference on Interreligious Studies, Sciences, and Technology (ICONIST) 2023.
Forum ini bertajuk Religion (still) Matters: Navigating the Relevance of Religion Across the Issue of Environment, Renewable Technology, Artificial Intelligence and Social Inclusion yang berlangsung di Discovery Hotel Jakarta, pada Senin-Rabu (6-8/11/2023). Sebanyak 64 peneliti internasional hadir dalam ICONIST 2023 ini untuk membahas relevansi agama dalam menghadapi kecanggihan teknologi dan perubahan iklim.
“Paling tidak ada 64 peserta yang berasal dari 15 negara akan hadir dalam kegiatan ini,” kata Ketua Pelaksana ICONIST Prof Amelia Fauzia, Senin (6/11/2023).
Ia mengatakan, forum ini dihadiri oleh para peneliti dari kawasan Asia Tenggara, Timur Tengah, Australia, dan Eropa. Di antaranya Malaysia, Cina, Mesir, Pakistan, Irak, India, Sudan, Amerika Serikat, Australia, Britania Raya, Norwegia, Bangladesh, Qatar, dan Filipina. Semuanya berpartisipasi dalam acara ini baik sebagai speaker, presenter, maupun author.
"Konferensi ini akan mendiskusikan berbagai isu isu krusial kontemporer yang terjadi di Indonesia, wilayah regional Asia Tenggara dan dunia secara umum," tambahnya.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) berkesempatan hadir dan memberikan pidato kunci pada pembukaan ICONIST 2023. Ia mengatakan, relevansi agama masih penting di era modern ini, bahkan di Indonesia. Sebab agama memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun sosial.
Menurut Gus Ulil, agama dapat memberikan pedoman hidup, moralitas, dan nilai-nilai luhur bagi setiap pribadi manusia. Selain itu, agama menjadi sumber kekuatan dan motivasi untuk menghadapi tantangan hidup.
“Sementara dalam konteks sosial, agama dapat menjadi sarana untuk membangun peradaban yang damai, adil, dan makmur. Agama juga dapat menjadi kekuatan untuk mengatasi masalah-masalah sosial, seperti kemiskinan, kesenjangan, dan kerusakan lingkungan,” jelas Gus Ulil.
Sementara itu, Direktur Pendidikan Tinggi Keagmaan Islam (Diktis) Kementerian Agama (Kemenag) RI Prof Ahmad Zainul Hamdi mengatakan bahwa agama memiliki peran dalam kehidupan manusia di masa lalu, masa kini, dan masa depan.
"Agama memberikan nilai-nilai dan norma-norma yang dapat menjadi pedoman bagi manusia dalam menjalani kehidupannya. Nilai-nilai dan norma-norma tersebut dapat membantu manusia untuk menjadi pribadi yang lebih baik," kata Prof Inung, sapaan akrabnya.
Ia berharap, konferensi internasional ini mampu mendorong para peserta untuk mengeksplor banyak hal dan membuktikan bahwa agama memiliki peran penting dalam lini kehidupan.
”Konferensi internasional ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk berdiskusi dan berbagi ide tentang peran agama dalam kehidupan manusia di era modern,” tuturnya.
Rektor UIN Jakarta Prof Asep Saepudin Jahar menuturkan bahwa agama sangat relevan untuk mengatasi krisis lingkungan, teknologi, dan sosial yang terjadi saat ini.
"Agama memiliki peran penting dalam memberikan solusi atas berbagai krisis yang terjadi saat ini dan agama dapat menjadi pedoman moral dan etika bagi umat manusia dalam menjalani kehidupannya," katanya.
Ia menyebut, Konferensi ICONIST 2023 ini diselenggarakan atas terjadinya fenomena kerusakan lingkungan, krisis kemanusiaan, krisis di tengah kecanggihan teknologi, dan krisis sosial lainnya.
"Ini menunjukkan bahwa agama memiliki peran penting dalam mengatasi berbagai permasalahan tersebut," tutupnya.
Sebagai informasi, pelaksanaan ICONIST 2023 ini terlaksana atas kerja sama LP2M UIN Jakarta dengan 10 mitra lembaga nasional dan internasional. Di antaranya Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam PBNU), Maarif Institute, El Bukhari Institute, Filantropi Indonesia, 5P, dan Bank BJB.
Beberapa lembaga internasional juga turut menyumbang pemikiran, antara lain University of New South Wales (UNSW) Sydney, Peace Research Institute Oslo (PRIO) Norwegia, dan De La Salle University Southeast Asia Research Center and Hub.