Internasional

Di KTT Islam-Buddha, PBNU Tegaskan Pentingnya Bangun Spirit Humanitarian

Kamis, 27 Februari 2025 | 18:00 WIB

Di KTT Islam-Buddha, PBNU Tegaskan Pentingnya Bangun Spirit Humanitarian

Wakil Sekretaris Jenderal PBNU H Ahmad Ginanjar Syaban saat berbicara pada KTT Budha - Islam di Phnom Penh, Kamboja, Kamis (27/2/2025). (Foto: tangkapan layar kanal Youtube CITV Channel)

Jakarta, NU Online

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) turut menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Islam-Buddha di Sokha Phnom Penh Hotel & Residence, Phnom Penh, Kamboja, pada Kamis (27/2/2025). Kehadirannya diwakili oleh Wakil Sekretaris Jenderal PBNU H Ahmad Ginanjar Sya'ban.


Dalam kesempatan itu, Ginanjar menegaskan pentingnya membangun spirit humanitarian. Ia juga menyampaikan bahwa kehidupan umat manusia dewasa ini berada pada keadaan mendesak dalam menegakkan toleransi, dialog, perdamaian, dan kasih sayang.


"Maka kita semua percaya bahwa penegakan hal-hal tersebut merupakan fondasi yang kokoh untuk dapat hidup berdampingan dan cara hidup," kata Ginanjar dalam pidatonya.


Ia menyebut bahwa hal tersebut juga merupakan dari prinsip dalam upaya menyatukan individu dan membangun peradaban.


"Setiap agama dari segala kepercayaan di dunia juga meyakini pada prinsip luhur ini," lanjutnya dalam KTT bertema Pertukaran Budaya dalam Pelayanan Kemanusiaan itu.


Dalam hal ini, Ginanjar menegaskan, NU sebagai organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia berpandangan bahwa nilai-nilai luhur itu sebagai suatu pendekatan dan cara untuk meningkatkan keamanan, stabilitas dan hidup berdampingan secara damai. Kehidupan harmonis ini terwujud antara semua masyarakat, manusia dari segala usia, agama, kebangsaan, dan afiliasi budaya mereka.


"Agar mereka dapat menjadi putra bangsa manusia yang dapat saling bersaudara," kata Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) itu.


Oleh karena itu, Ginanjar menyampaikan bahwa upaya menuju ke sana perlu dilakukan secara bersama-sama dengan kolaborasi sehingga menjadi budaya masyarakat.


"Kami melakukan segala upaya untuk bahu-membahu dan bekerja sama dalam memperkuat dan mengonsolidasikan konsep-konsep ini dan menjadikannya bagian otentik dalam budaya masyarakat manusia," katanya.


Pada kesempatan itu, Ginanjar hadir mewakili Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf. Dalam tema di forum itu, terdapat sejumlah tokoh lain dari berbagai negara, organisasi, dan agama yang turut berbicara, antara lain sebagai berikut:


1. Ketua Umum Dewan Fatwa Uni Emirat Arab dan Presiden Forum Perdamaian UEA Syekh Abdallah bin Mahfudh ibn Bayyah melalui video rekaman


2. Wakil Presiden Badan Peradilan Sangha Kerajaan Kamboja Samdech Preah Oddomchariya Dr. Chhoeun Bunchea


3. Menteri Kultus dan Agama Kerajaan Kamboja Chay Borin


4. Menteri Urusan Umat Islam Singapura Masagos Zulkifli  


5. Kepala Sangha Nayake dari Jepang, Presiden Maha Bodhi Society Sri Lanka dan Ketua Pendiri Yayasan Yoshida Most Ven. Banagala Upatissa Thero


6. Sekjen Akademi Fiqih Islam Internasional Prof Koutoub bin Moustapha Sano


7. Anggota Dewan Tertinggi Sangha Thailand dan Kepala Biara Kuil Chetuphon Vimonmangklaram Rajwaramahawihan Yang Mulia Somdej Phramahadhirajarn Prasit Suddhibandhu


8. Grand Mufti Kamboja Neak Oknha Ustaz Haji Sos Kamry (Kumridin bin Yousof)  


9. Sekjen Asosiasi Pemuda Budha Malaysia Eow Shiang Yen


10. Sekjen Universitas Ahli Hadits India Syekh Asghar Ali


11. Kepala Biksu Ibukota Phnom Penh Yang Mulia Preah Mahāprahmamunī TOUCH Sator


12. Presiden Asosiasi Akademisi Sri Lanka Syekh Mohammed Rizwe Mohammed Ibrahim