Internasional

Ekstrimis Rusak Masjid Abad ke-15 di Mali

Rabu, 4 Juli 2012 | 11:24 WIB

Timbuktu, NU Online
Pintu gerbang sebuah masjid yang dibangun dari abad ke-15 di Timbuktu, Mali hancur diserang anggota kelompok ekstremis Ansar Dine. Mereka menargetkan pemusnahan beberapa warisan budaya di wilayah tersebut.<>

Ekstrimis Alqaidah tersebut menggunakan sekop dan beliung untuk mendobrak pintu Masjid Sidi Yahya, Senin (2/7) kemarin. Padahal, masjid itu terdaftar dalam UNESCO sebagai salah satu masjid warisan budaya dunia.

"Saat kami masih anak-anak, kami diberitahu pintu hanya akan terbuka pada akhir waktu nanti. Kejadian tersebut membuat kami semua sedih, banyak wanita menangis melihat kejadian ini," kata seorang penyiar lokal dan penduduk lama kota tersebut.

Pada Sabtu (30/6) kemarin, kelompok ekstremis menodai beberapa makam yang telah berada di wilayah tersebut selama berabad-abad. Di antaranya makam para Muslim Sufi seperti, Sidi Mahmoud, Sidi El Mokhtar, dan Alfa Moya. Sedikitnya ada tujuh makam yang dirusak para ekstremis. Ansar Dine menganggap, makam orang suci di wilayah tersebut menjadikan masyarakat musyrik.

Jaksa Pengadilan Kejahatan Internasional, Fatou Bensouda, mengatakan, penghancuran warisan kota Mali Kuno dapat dikategorikan sebagai 'kejahatan perang'. Pemerintah Mali mengutuk, perbuatan para ekstremis yang menghancurkan situs-situs tersebut. Pemerintah mengancam akan mengambil tindakan baik di level nasional maupun internasional.

Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova secara terpisah menyerukan pada para ekstremis, untuk menghentikan serangan terhadap situs-situs suci di Timbuktu. Sebab Jumat (29/6) lalu, UNESCO menempatkan Timbuktu dalam daftar situs warisan yang berada dalam bahaya.

Timbuktu yang disebut sebagai 'Kota 333 Orang Suci', merupakan rumah bagi 100 ribu manuskrip bersejarah. Beberapa manuskrip berasal dari abad ke-12 dan dipelihara di rumah-rumah dan perpustakaan pribadi, di bawah asuhan pada ulama.

Ansar Dine bersama dengan pemberontak Tuareg dan kelompok bersenjata lain, mengambil keuntungan dari kudeta Mali pada 22 Maret lalu. Mereka menyapu wilayah utara Mali dengan berbagai serangan.

 

Redaktur : Syaifullah Amin
Sumber    : AP

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Terkait