Hadapi Pandemi, Muslimat NU Malaysia Ajak Umat Lakukan Riyadlah
Selasa, 6 Oktober 2020 | 19:00 WIB
Kuala Lumpur, NU Online
Pengurus Cabang Istimewa (PCI) Muslimat NU Malaysia mengajak umat Islam seluruh dunia untuk melakukan riyadlah sebagai respons menghadapi wabah Covid-19 yang tak kunjung berakhir. Riyadlah perlu dilakukan untuk mempertebal spirit umat Islam sehingga kuat dan tabah dalam menghadapi segala cobaan hidup, termasuk Covid-19.
“Kita pilih tema ini sebab usaha spiritual seperti riyadlah itu sendiri merupakan tradisi sesepuh kita yang tentu sangat perlu kita lakukan di masa pandemi semacam ini,” kata Ketua PCI Muslimat NU Malaysia, Mimin Mintarsih saat mengisi Webinar bertajuk ‘Kiat Riyadlah di Masa Pandemi Covid-19’ Ahad (4/10) kemarin.
Dia menambahkan, kondisi dunia saat ini sangat tidak stabil disebabkan oleh Covid-19. Ikhtiar menjaga kesehatan dan menjaga spiritual menjadi sesuatu yang dibutuhkan bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia. Dengan riyadlah diharapkan jiwa semakin tenang di tengah hunjaman Covid-19 yang semakin merajalela.
“Riyadlah ini bukan hanya untuk kebutuhan jasmani kita, tapi juga meningkatkan kesehatan rohani kita. Dengan dua hal itulah kita mampu meningkatkan ibadah kita kepada Allah SWT,” tuturnya.
Selanjutnya, Mimin meminta kepada pengurus NU untuk tidak meninggalkan kebiasaan para leluhur dalam menjalani kehidupan, lebih-lebih dalam melaksanakan tugas yang dipikulnya. Sebab, salah satu kebiasaan para ulama adalah tirakat dan riyadlah. Riyadlah adalah upaya yang sungguh-sungguh untuk menuju Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Bentuknya bisa berupa wiridan secara rutin.
“Tirakat dan riyadlah itu kebiasaan para ulama terdahulu. Ada manfaat lain selain dekat kepada Allah, yaitu munculnya aura dan kharisma dari kita,” ujarnya.
Mimin berharap agar pengurus NU, selain menjalankan ibadah yang wajib, juga jangan meniggalkan tirakat dan riyadlah. Sebab keduanya mempunyai kekuatan supra natural yang tidak bisa diremehkan. Karena itu bisa dimafhumi jika orang ahli tirakat dan riyadlah, perkatannya tajam dan didengar oleh masyarakat.
“Kenapa lisan para ulama begitu tajam, dan orang tidak gampang membantah perkataannya, karena ulama tidak pernah meninggalkan riyadlah,” pungkasnya.
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Aryudi AR