Ibadah Padat, Ramadhan di Pakistan Buat Aktivitas Mulai Lebih Lambat dan Tutup Lebih Cepat
Jumat, 24 Maret 2023 | 23:00 WIB
Buka puasa bersama mahasiswa komplek kampus Islamic International University Islamabad, Pakistan, Jumat (24/3/2023). (Foto: Alauddin)
Jakarta, NU Online
Pertokoan dan perkantoran memang buka lebih lambat dan tutup lebih cepat di Pakistan pada bulan Ramadhan. Hal itu karena aktivitas khusus yang dijalankan Muslim di sana selama Ramadhan lebih padat.
"Di siang hari, perkantoran dan pertokoan buka lebih lambat dari biasanya karena pemerintah mengurangi jam kerja secara nasional untuk meningkatkan kualitas ibadah dan waktu bersama keluarga masyarakatnya," kata Muhammad Najeed, Pengurus Lembaga Seni Budaya Muslimin (Lesbumi) Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Pakistan, kepada NU Online pada Jumat (24/3/2023).
Baca Juga
Nuansa Ramadhan di Korea Selatan
Najeed mencontohkan bahwa orang-orang yang beraktivitas sambil membaca Al-Qur'an sangat mudah dijumpai di tempat-tempat umum. Bahkan mereka biasa menolak klien yang datang, toko akan ditinggal begitu saja dengan diberi palang kayu di pintu masuk untuk menandakan bahwa toko tersebut tutup karena pemiliknya bergegas menuju masjid terdekat untuk mengikuti shalat berjamaah.
"Begitu menjelang sore, toko dan kantor akan tutup lebih awal agar orang-orang dapat menyiapkan buka puasa mereka bersama keluarga," katanya.
Perihal berbuka, masyarakat Pakistan biasa mengawalinya dengan buah kurma atau gorengan seperti samosa dan pakora, tak lupa secangkir chai (campuran teh hitam, susu sapi, cengkeh, dan kayu manis) hangat atau sirup rasa mawar bernama Jam-e-shirin yang disajikan dingin.
Setelah shalat maghrib, lanjut Najeed, barulah mereka menyantap makanan berat seperti nasi biryani dengan lauk ayam atau roti yang disantap dengan lauk kabab (daging sapi yang dibentuk pipih atau digulung kemudian digoreng), qorma (daging ayam dengan kuah kari khas Asia Selatan), atau kaleji (jeroan ayam berkuah yang dimasak dengan berbagai rempah).
Ada pula yang menambahkan lauk haleem (daging ayam yang dihaluskan dan dicampur dengan bubur dari sejenis kacang yang digiling), dal chana (sejenis kacang yang direbus hingga lunak dan disajikan dengan kuah kari), atau karahi (ayam yang dipotong dadu kemudian dimasak dengan berbagai rempah khas Asia Selatan).
Saat memasuki waktu shalat Tarawih, jalan-jalan di Pakistan menjadi jauh lebih sepi dari waktu biasanya karena masyarakat berbondong-bondong mengikuti shalat tarawih di masjid terdekat mereka.
Umumnya masjid di Pakistan membaca satu juz di setiap malam saat tarawihnya maka imam yang bertugas haruslah seorang hafidz yang telah menuntaskan hafalannya. Bahkan di beberapa masjid raya, seperti Faisal Majid disediakan kuota dan fasilitas untuk orang yang ingin i’tikaf dan qiyamul lail seperti bantal dan selimut hingga hidangan berbuka dan sahur secara gratis.
Dari segi ibadah sosial, masyarakat di Pakistan memiliki banyak kesamaan dengan Indonesia seperti berbagi makanan untuk berbuka dan sahur, terkadang juga paket sembako untuk orang-orang yang kurang mampu.
Namun, ada satu hal unik yang hampir tidak dijumpai di Indonesia, yaitu dispenser air yang diletakkan di halaman rumah. Najeed menjelaskan bahwa masyarakat Pakistan yang memiliki kemampuan finansial di atas rata-rata sengaja membeli dispenser air tersebut agar orang yang melintas di depan rumah mereka berbuka dan mengambil air sepuasnya. Hal ini juga sangat membantu bukan hanya di bulan Ramadhan, tetapi juga saat musim panas tiba.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan