Internasional

Internet di Sudan Diputus, Kesempatan Langka Bisa Ucapkan Permohonan Maaf Idul Fitri

Jumat, 7 Juni 2019 | 22:00 WIB

Internet di Sudan Diputus, Kesempatan Langka Bisa Ucapkan Permohonan Maaf Idul Fitri

foto: ilustrasi (liputan6.com)

Khartoum, NU Online
Pasca mundurnya Presiden Republik Sudan, Omar Ahmad Al Bashir, Asosiasi Pekerja Professional Sudan (SPA) beserta kelompok oposisi dan rakyat Sudan semakin gencar melakukan demo guna menuntut pemerintahan yang dipegang secara langsung oleh Sipil.

Tuntutan tersebut belum kunjung terwujud dengan tercapainya kesepakatan antara Dewan Transisi Militer (DTM) dengan Oposisi yang menyepakati proses transisi akan berlangsung selama 3 tahun. Sementara tuntutan SPA peralihan kekuasaan kepada sipil harus diselesaikan dalam waktu 15 hari sejak turunnya Presiden Basyir.

Akibatnya, demonstrasi kian meningkat terlebih banyak korban meninggal dari pihak pendemo dan diplomasi ketua DTM dengan beberapa negara Arab pada pertemuan Liga Arab di Makkah yang disinyalir akan semakin memperkuat pemerintahan militer.

Hal itu menggerakkan SPA menyerukan demonstrasi total menolak pemerintahan yang mengakibatkan lumpuhnya beberapa objek vital di Sudan pada tanggal 3 Juni 2019, seperti jalan-jalan protokol, termasuk Bandara Internasional Khartoum. Tak ayal kontak fisik antara aparat keamanan dengan para demonstran tak terhindarkan sehingga menimbulkan banyak korban jiwa. Lebih dari itu, akses internet di seluruh Sudan pun diputus guna meredam arus informasi di antara para demonstran.

Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Sudan 2018-2019 Muthiullah menyampaikan permohonan maaf Idul Fitri sembari menyebutkan bahwa hal yang dilakukannya adalah kesempatan langka.

"Internet di Sudan diputus sejak tanggal 3 Juni, baru dapet wifi yang nyambung, kesempatan langka, mohon maaf lahir batin," tulisnya melalui akun media sosialnya pada Jumat (7/6).

Atas peristiwa tersebut, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Khartoum telah memberikan imbauan baik secara formal maupun informal kepada seluruh WNI di Sudan untuk terus meningkatkan kewaspadaan. KBRI, terangnya, memfasilitasi wifi bagi WNI yang ingin berkomunikasi dengan keluarga di Indonesia.

"Alhamdulillah hingga saat ini,  WNI terutama mahasiswa Indonesia di Sudan dalam keadaan aman dan mendapatkan perlindungan di asrama kampus. Mereka yang tinggal di luar kampus pun jauh dari daerah sasaran demonstrasi," jelas rilis tersebut.

Dikarenakan akses internet yang terbatas, bagi kerabat ataupun masyarakat yang ingin menanyakan seputar kondisi terkini di Sudan, PPI Sudan menyarankan untuk dapat berkomunikasi langsung melalui pihak KBRI Khartoum atau kepada perwakilannya di Indonesia, yakni  Muhammad Ruhiyat Haririe dengan kontak +249111673998.

"Kita berdoa semoga kondisi Sudan segera membaik dan kembali kondusif seperti sediakala, serta semoga Allah memberikan perlindungan terbaik bagi seluruh penuntut ilmu di negeri 2 nil ini," harapnya. (Syakir NF/Muiz)


Terkait