Kerajinan Tangan Pesantren Cijawura Bandung Tembus Expo Craft di Istanbul Turki
Sabtu, 8 Oktober 2022 | 09:00 WIB
Seorang pengunjung Expo Craft Istanbul Turki menjajal kerajinan tangan berupa kacamata kayu karya Pesantren Margasari, Cijawura, Bandung. (Foto: Dok. Adhia Turmudzi)
Bandung, NU Online
Gerakan pemberdayaan ekonomi di pesantren bukan hanya gerakan yang berorientasi keuntungan finansial semata. Gerakan ini dilakukan oleh pesantren juga sebagai dakwah dan implementasi ajaran dan nilai-nilai keislaman.
Baca Juga
Ekonomi dan Kemandirian Pesantren Kita
Hal inilah yang saat ini diterapkan oleh Pesantren Margasari, Cijawura, Bandung dengan menciptakan produk kerajinan tangan berupa kacamata kayu yang berhasil tembus di Expo Craft Istanbul Turki yang dijadwalkan selama sepekan, 4-9 Oktober 2022.
“Sebelumnya kami tidak berekspektasi bisa mengikuti acara tersebut, karena untuk bisa terpilih mewakili Indonesia harus melalui pelbagai regulasi dan seleksi dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Istanbul,” terang Direktur Kai Nusantara, Adhia Turmudzi, kepada NU Online melalui ponsel, Kamis (6/10/2022) malam.
Dalam prosesnya, kata dia, Kai Nusantara ini bekerja sama dengan CV Inovasi Santri Nusantara sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang ekspor hasil karya pesantren.
“Saat itu, kami menghadapi lebih kurang 140 kompetitor produk usaha santri se-Indonesia, dan proses filtering-nya hanya terpilih 15 unit karya pesantren saja yang bisa mengikuti acara tersebut,” ungkap perwakilan keluarga Pesantren Cijawura Bandung itu.
Kriteria usaha kreatif yang terpilih tersebut merupakan karya orisinal yang bernilai ekonomis, unik, serta kreatif. Karena produk yang ditawarkan oleh usaha kreatif Pesantren Ciawura adalah kacamata terbuat dari kayu yang cukup sulit ditemukan di kawasan Jawa Barat, maka hal tersebutlah yang menjadi point of view penilaian secara umum.
“Sejauh ini alhamdulillah tanggapan para pengunjung ketika expo sangat baik. Bahkan, saat hari pertama sudah banyak yang memesan produk kami. Jadi, memang salah satu target kami mengikuti expo ini, penjualan retail dan business to business (B2B),” terang alumnus Pesantren Al-Aziz Lasem, Rembang, Jawa Tengah ini.
Dari acara expo tersebut, ia berharap bisa memperluas jaringan pemasaran di dunia internasional. Selain itu, dengan diterimanya produk tersebut di pelbagai negara, dapat menjadi bukti bahwa produknya berkualitas dan layak, sehingga jika targetnya tidak hanya penjualan retail saja, dalam artian B2B, tentunya usaha Kai Nusantara sendiri akan lebih luas cakupan usahanya.
“Sejauh ini, alhamdulillah sudah ada dua negara yang sudah kami jajaki selain Turki, yaitu Milan Italia. Responsnya pun positif. Hanya saja, saat mengikuti expo di Milan produk yang kami jajakan bukan kacamata kayu, tetapi tatakan gelas kayu,” tambahnya.
Ia juga berharap, dengan diterimanya produk tersebut di pelbagai kalangan baik lokal maupun mancanegara, dapat menjadi percontohan atau inspirasi produk usaha kreatif bagi pesantren lainnya bahwa produk dari tangan pesantren bisa sukses mendunia.
Sebagai informasi, Expo di Turki itu diikuti oleh peserta dari pelbagai negara. Antara lain Indonesia, Turki, Iran, Uzbekistan, Bangladesh, dan Nigeria.
Berawal dari iseng
Berawal dari sebuah keisengan, berlanjut ditekuni, akhirnya keisengan tersebut berbuah menjadi sebuah karya. Pelbagai kerajinan tangan berbahan kayu, seperti kacamata, tatakan gelas, cangkir, box berbahan dasar kayu nyatanya bisa menjadi sebuah produk yang memiliki daya jual yang tinggi.
“Saya ini orangnya punya sifat yang terus ingin mencoba. Sampai keinginan tersebut belum tercapai, akan terus saya geluti,”ucap Gus Adhia, sapaan akrabnya.
Sejak 2019 sebelum pandemi, beberapa ide usaha sudah bermunculan. Kemudian tahun berikutnya mulai merancang produk apa saja yang kiranya diminati konsumen. Lanjut pemasaran melalui website dan marketplace karena memang tahun 2020-2021 pandemi mulai hadir, dan cara tersebutlah usaha ini bisa terus dikenal khalayak luas.
“Untuk tim produksi Kai Nusantara sendiri hampir 80% memerdayakan alumni dan masyarakat sekitar. Jika ada deadline yang harus disegerakan, barulah santri turut membantu. Karena komitmen kami santri yang masih berada di pesantren fokus mengaji dulu,” ucap pria satu anak ini.
Selain usaha kreatif kerajinan tangan, Pesantren Cijawura juga memiliki usaha lainnya, yaitu digital agency yang hingga saat ini masih tetap berjalan. Usaha ini bekerja sama dengan beberapa instansi pemerintahan dan banom NU di Jawa Barat.
“Jadi, prinsipnya jika kita berbicara tentang santri, yang terlintas dalam benak pasti kemandirian santri dalam hal bertahan hidup. Namun, jangan berhenti di sana saja. Santri juga harus kreatif. Nah, bentuk kreativitasnya seperti ini. Yakni, membuat usaha kreatif yang secara tidak langsung dapat membangun kemandirian
ekonomi,” ucap Korda Arus Informasi Santri (AIS) Jawa Barat ini.
Menutup perbincangan, Gus Adhia menuturkan bahwa kekuatan terbesar untuk terus mengembangkan usaha kreatif tersebut ialah leluhur pesantren yang berhasil mendirikan pesantren dengan cara mandiri.
“Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda diharuskan untuk meneruskan perjuangan para pendahulu dengan proses ikhtiar, yaitu wirausaha di bidang ekonomi kreatif,” pungkasnya.
Kontributor: A Rachmi Fauziah
Editor: Musthofa Asrori