Jakarta, NU Online
Kebutuhan tempat ibadah yang layak dan cukup menampung puluhan hingga ratusan jamaah Nahdliyin di Provinsi Ibaraki sudah semakin mendesak. Rumah-rumah sewaan warga tak lagi dapat menampung jamaah saban pengajian digelar. Tak pelak, kebutuhan akan masjid tak lagi bisa ditunda. Belum lagi jumlah umat Islam yang terus bertambah dan warga Muslim lainnya, baik dari WNI maupun bangsa negara lainnya.
Salah seorang jamaah yang akrab disapa Pak Dani menemukan sebuah bangunan bekas pabrik yang sudah tidak lagi digunakan. Bangunan itu berlokasi di Ibaraki-Ken Koga-shi Higashi Yamata 933-3. Dari Stasiun Tokyo, tempat itu dapat ditempuh selama 2,5 jam dengan kereta atau 1,1 Jam dengan mobil.
Saat itu juga, ia menanyakan status bangunan tersebut, apakah hendak dijual. Gayung pun bersambut, Dani langsung mengabari Ustadz Mahmud, Wakil Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jepang.
Saat melihat bangunan tersebut bersama Dani, Ustadz Mahmud mengaku langsung sreg dengan tempat seluas 389 M2 itu. Mereka mengabari rekan-rekannya dan Duta Besar Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi. Mereka juga langsung menyepakati tempat tersebut digunakan untuk masjid.
Ustadz Mahmud, Dani, dan Supriyono yang memiliki rumah tempat pengajian bulanan pun bermusyawarah untuk membeli tempat tersebut. Hasilnya, Supriyono meminta agar pengajian di tempatnya tetap diselenggarakan meskipun ke depan sudah memiliki masjid.
Pembahasan pun berlanjut pada soal nama. Sebelumnya, warga Nahdliyin di Jepang telah membangun tiga masjid, yakni Masjid Nusantara Akihabara, Masjid Al-Ikhlas Kabukicho, dan Masjid Fijikawaguchiko. Ketiganya tidak membawa label NU pada namanya. Namun, untuk masjid ini, mereka bersepakat membubuhi NU pada namanya menjadi, Masjid NU At-Taqwa. Supriyono bersikukuh agar NU harus dicantumkan karena jika tidak, ia tetap menggawangi rumah sewaannya, sedangkan Dani juga mengaku masa remajanya bersekolah di NU.
“Dengan tekad baik, dengan niat akan selalu mengenang bahwa NU pelopor perjuangan Republik Indonesia, NU Adalah patriot yang mewarnai bangsa Indonesia, begitupula NU di Jepang dengan atas nama NU At-Taqwa, insyaallah kita berlomba-lomba dalam kebaikan. NU adalah pelopor kebaikan,” kata Ustadz Mahmud saat peresmian Masjid NU At-Taqwa, Kota Koga, Provinsi Ibaraki, Jepang, Selasa (20/7).
Mereka pun langsung mendatangi pemilik bangunan tersebut dan memberikan Down Payment (DP) sebesar 1.500.000 Yen atau setara dengan 197 juta Rupiah.
Pusat ibadah, budaya, pendidikan, dan sosial ekonomi
Masjid ini diharapkan tidak sekadar menjadi pusat kegiatan peribadatan ritual. Ke depan, Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), PCINU Jepang, dan Kedutaan Besar Indonesia untuk Jepang di Tokyo sudah bersepakat untuk membangun masjid ini sebagai salah satu pusat pendidikan dan budaya. Pasalnya, Ibaraki merupakan salah satu wilayah dengan penduduk asing terbanyak di Jepang, yakni mencapai 50 persen dari total keseluruhan.
Ketua Panitia Pembangunan sekaligus Ketua DKM Masjid NU At-Taqwa Rohibun menegaskan hal tersebut. “Saya berharap masjid ini makmur ke depannya. Baik untuk peribadatan dan juga pendidikan,” katanya.
Senada dengan Rohibun, Ketua PCINU Jepang Miftakhul Huda juga menyampaikan bahwa masjid ini menjadi satu langkah peningkatan ibadah, pendidikan, sosial, dan ekonomi agar dapat memberikan manfaat juga untuk orang Indonesia, baik yang di Jepang maupun di Tanah Air.
Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi juga mengungkapkan hal yang sama, bahwa kemakmuran masjid juga harus menunjang kemakmuran ekonomi jamaahnya. “Saya kira memang memakmurkan masjid perlu juga memakmurkan sekitar secara ekonomi,” katanya.
Oleh karena itu, Heri mendukung pengembangan koperasi masjid dan pusat pengkaderan NU. “Insyaallah masjid ini akan menjadi pusat pengembangan ini lebih jauh untuk di seluruh Jepang proses-proses pengkaderan yang harus dilakukan terus dengan sarana yang memadai inilah akan sangat tertib,” katanya.
Lebih dari itu, masjid ini juga, menurutnya, perlu menjadi pusat penyelesaian berbagai masalah yang dialami WNI di Jepang. Sebab, ia mengaku hampir setiap hari menerima laporan tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh para pekerja mengingat ada hampir 67 ribu penduduk Indonesia di Jepang per Juni ini. Jumlah itu belum menghitung mereka yang masih menunggu jadwal keberangkatan ke Negeri Sakura itu.
“Masjid ini saya yakin ke depan ini bisa menjadi salah satu tempat di mana warga Indonesia menyelesaikan persoalannya nanti saya akan diskusi lebih jauh dengan Mas Huda (Ketua PCINU Jepang),” katanya.
“Saya pikir memang waktunya harus saling membawa menolong sesama kita,” imbuh pria kelahiran Ponorogo, Jawa Timur, 68 tahun yang lalu itu.
Heri meyakini semangat gotong royong Nahdliyin Jepang dapat lebih baik lagi ke depannya mengingat kehadiran masjid ini sudah menjadi buktinya. “Semangat gotong royong warga nahdliyin di ibaraki akhirnya membuahkan hasil. niat dan tekad yang sangat kuat semangat gotong-royong tadi sudah dibuktikan dan bisa mewujudkan masjid ini saya yakin ke depan akan lebih baik lagi,” katanya.
Dengan mengucapkan basmalah, Heri pun meresmikan Masjid NU At-Taqwa, Kota Koga, Provinsi Ibaraki, Jepang pada Selasa (20/7) tepat pada perayaan Idul Adha 1442 H. Ia didampingi Rais Syuriyah PCINU Jepang Kiai Abdul Aziz, Ketua PCINU Jepang Miftahul Huda, Ketua DKM Masjid NU At-Taqwa Rohibun, Atase Pendidikan Kedubes Indonesia untuk Jepang di Tokyo, dan Hironori MASHIKO sebagai perwakilan Pemerintah Daerah Kota Koga, Provinsi Ibaraki.
Donasi
Meskipun masjid ini telah diresmikan, tetapi belum sepenuhnya rampung. Masjid ini masih membutuhkan berbagai hal, seperti lahan parkir, renovasi, dan pengembangan lainnya. Total dana yang dibutuhkan 17.600.000 Yen atau setara dengan 2,3 miliar rupiah.
Bagi para dermawan yang hendak berjariyah dapat transfer melalui nomor rekening berikut.
1. Rekening LAZISNU Jepang JP Post Bank 10160 - 74152901
2. Rekening Bank Syariah Indonesia 7150779698, kode Bank 451, a.n. Erika Herliana)
Konfirmasi pengiriman melalui Ahmad Munir (+81 90-8342-4390) atau Wahyu Purnomo (+81 80-3432-7359)
Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan