PBB dan Arab Saudi Kecam Pemukim Israel yang Lakukan Kekerasan terhadap Warga Palestina
Senin, 26 Juni 2023 | 13:30 WIB
Konflik antara pmukim Israel di Tepi Barat dan warga Palestina. Konflik tersebut menewaskan seorang warga Palestina dan melukai puluhan lainnya serta membakar 30 rumah, 60 mobil, dan puluhan pohon zaitun. (Foto: Anadolu)
Jakarta, NU Online
Konflik Palestina dan Israel belakangan tidak hanya melibatkan tentara Israel dan warga sipil Palestina, tetapi juga antara para pemukim Israel dengan warga Palestina di Tepi Barat. Baru-baru ini, tepatnya Rabu pekan lalu, para pemukim di bawah perlindungan pasukan Israel melakukan serangan brutal di desa Palestina Turmus Ayya di Tepi Barat, menewaskan seorang warga Palestina dan melukai puluhan lainnya serta membakar 30 rumah, 60 mobil, dan puluhan pohon zaitun.
Atas konflik yang makin meluas antara sipil dengan sipil tersebut, Anadolu Agency melansir kecaman Kerajaan Arab Saudi dan rasa prihatin yang disampaikan Sekjen PBB, Antonio Guterres.
Guterres juga menyatakan keprihatinannya atas peristiwa kekerasan di Jenin pada 19 Juni ketika pasukan Israel melakukan operasi dan insiden baku tembak yang mengakibatkan tujuh warga Palestina tewas, termasuk dua anak-anak di sekolah UNRWA.
"Sangat penting untuk mengurangi ketegangan dan mencegah eskalasi lebih lanjut," kata Guterres dalam sebuah pernyataan dikutip Anadolu.
Dia juga meminta Israel untuk mematuhi kewajibannya di bawah hukum humaniter internasional, termasuk penggunaan kekuatan secara proporsional dan mengambil semua tindakan pencegahan yang layak untuk menyelamatkan warga sipil dalam melakukan operasi militer.
Baca Juga
Manuver Gus Dur Mengimbangi Israel
"Pada akhirnya, hanya kembali ke proses politik yang berarti dan mengakhiri pendudukan yang akan mengakhiri siklus kekerasan yang menghancurkan dan hilangnya nyawa yang tidak masuk akal ini," pungkas Guterres.
Sementara itu, dilansir Arab News, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menyatakan penolakan total dan kecaman mereka atas serangan para pemukim Israel di sejumlah desa Palestina di Tepi Barat, yang mengakibatkan korban tewas dan beberapa terluka.
Kementerian Saudi menolak segala bentuk intimidasi terhadap rakyat Palestina dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga para korban.
Arab Saudi juga menegaskan kembali dukungan kuat mereka untuk semua upaya internasional yang bertujuan untuk mencapai solusi yang adil dan komprehensif untuk masalah Palestina sesuai dengan legitimasi internasional.
Ketegangan telah memuncak di Tepi Barat yang diduduki dalam beberapa bulan terakhir di tengah serangan berulang Israel ke kota-kota Palestina.
Menurut otoritas setempat, hampir 180 warga Palestina meninggal dunia oleh pasukan Israel sejak awal tahun ini. Setidaknya 25 orang Israel juga tewas dalam serangan terpisah selama periode yang sama.
Diperkirakan ada sekitar 700.000 pemukim tinggal di 164 perumahan dan 116 pos terdepan di Tepi Barat yang diduduki Israel. Di bawah hukum internasional, semua permukiman Yahudi di wilayah pendudukan dianggap ilegal.
Tercatat, Israel merebut Yerusalem Timur, Tepi Barat, dan Jalur Gaza dalam Perang 1967 silam, kawasan-kawasan yang menampung hampir lima juta orang Palestina dan yang diinginkan Palestina sebagai bagian dari negara masa depan mereka.
Pencaplokan tersebut melalui sebuah tindakan yang tidak diakui secara internasional dan menganggap seluruh kota itu sebagai ibu kota terpadu. Sebagian besar warga Palestina di Yerusalem Timur dianggap sebagai penduduk Israel, tetapi bukan warga negara dengan hak suara.
Lembaga HAM Israel, B'Tselem berpendapat bahwa dengan membagi wilayah dan menggunakan alat kontrol yang berbeda, Israel menutupi kenyataan yang mendasarinya bahwa orang Yahudi dan orang Palestina hidup di bawah satu sistem namun dengan hak-hak yang sangat tidak setara. Sehingga Israel tidak hanya melakukan penjajahan, tetapi juga kejahatan apartheid.
Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Syamsul Arifin