Jakarta, NU Online
Penasihat Presiden Palestina untuk masalah agama dan Hakim Agung Palestina, Mahmoud Al Habbash mengatakan bahwa pihaknya mengharapkan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk dapat memberikan risalah kepada masyarakat Muslim internasional. Hal ini diyakininya dapat mendorong penguatan Palestina untuk mendapatkan hak beribadah secara bebas di sana.
“Kami melalui PBNU mengharapkan risalah kepada umat Islam secara keseluruhan untuk dapat mengunjungi Al- Quds secara khusus untuk dapat memperkuat warga Palestina yang ada di sana, karena merupakan hak kami untuk beribadah secara bebas. Hak seluruh umat Islam secara bebas,” kata Mahmoud dalam diskusi virtual dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ahad, (27/3/2022).
Mahmoud menegaskan bahwa pihaknya sama sekali tidak ingin menghapus kebebasan beribadah bagi siapa pun, melainkan menginginkan kedaulatan bagi negeri Palestina dan menjamin beribadah untuk seluruh umat beragama di Palestina.
“Kami ingin Al Quds dapat menjadi bagian negara Palestina,” ujarnya.
Menanggapi hal itu, Ketua Umum (Ketum) PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengatakan bahwa pihaknya akan selalu berupaya membantu rakyat Palestina untuk dapat menikmati masa depan yang lebih baik. Ia menegaskan bahwa pihaknya akan selalu berada di sisi Palestina.
"NU tidak pernah berhenti, selalu berada di pihak rakyat Palestina dan selalu berupaya mencari jalan untuk bisa sungguh-sungguh secara nyata membantu rakyat Palestina untuk memperoleh masa depan yang lebih baik," kata Gus Yahya.
Gus Yahya menilai bahwa konflik yang terjadi di Palestina merupakan konflik yang rumit. Konflik tersebut meliputi persoalan menyangkut agama dan politik.
“Ada masalah politik, ada masalah keagamaan, dan lain sebagainya, maka kita perlu memikirkan strategi yang lebih cepat juga untuk mengatasi masalah-masalah ini,” terang kiai kelahiran Rembang, Jawa Tengah itu.
Adapun menyangkut konflik dalam dimensi politik, Gus Yahya menutur bahwa pihaknya akan menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah Indonesia dan akan menggunakan dimensi keagamaan untuk membantu pembebasan Palenstina.
"Maka kami memilih dimensi keagamaan dan menyerahkan upaya-upaya pada dimensi politik kepada pemerintah, negara, supaya kami tidak melanggar batas-batas wewenang kami terkait pemerintah Indonesia," ungkap Gus Yahya.
“Saya pribadi dan NU telah berupaya untuk menjalin komunikasi dengan berbagai pihak, baik pihak-pihak dari kalangan keagamaan Yahudi atau keagamaan Kristen untuk terus mencari jalan keluar dari jejak-jejak permusuhan antaragama yang kita warisi dari sejarah,” tambahnya.
Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Syakir NF