PCINU Korsel Dirikan ISNU dan Fasilitasi Santri Raih Beasiswa di Korea
Selasa, 31 Agustus 2021 | 07:45 WIB
Seoul, NU Online
Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Korea Selatan mendirikan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Cabang Istimewa Korea Selatan, badan otonom yang membantu melaksanakan kebijakan NU pada kelompok sarjana dan kaum intelektual, pada Sabtu (28/8) lalu di Seoul, Korea Selatan.
Rais Syuriyah PCINU Korea Selatan KH Huda Ulin Nuha Al-Amin mengatakan pengaktifan kembali ISNU ini untuk mewadahi pada kader NU yang sedang studi di level pascasarjana di berbagai universitas dan bekerja di sektor riset dan pendidikan di Negeri Gingseng.
“Kami berharap ISNU memberikan kontribusi pada PCINU Korea Selatan dan makin banyak santri yang belajar di sini,” kata Ulin Nuha dalam keterangan tertulisnya.
Selain akan memperkuat pengembangan keilmuan, ISNU Korea Selatan juga akan mempromosikan Islam rahmatan lil 'alamin yang mendukung nilai-nilai kehidupan modern di Korea dan Asia Timur. Kehadiran ISNU ini relevan karena jumlah pelajar Indonesia di Korea Selatan sekitar 2.500 mahasiswa, sementara pekerja migran lebih dari 36 ribu.
Sementara itu, Ketua ISNU Korea Selatan Rohib menjelaskan, ISNU akan membantu meningkatkan kapasitas para pekerja migran sesuai kebutuhan mereka. “Kami akan buat program yang bisa memberdayakan pekerja migran di sini,” kata mahasiswa doktoral di Universitas Sains dan Teknologi (UST) Korea ini.
Selain meluncurkan ISNU, NU Korea Selatan pada hari yang sama juga menggelar diskusi Kisah Para Santri Peraih Beasiswa di Korea Selatan untuk mendorong para santri belajar sains, teknologi dan ilmu lainnya di Korea dari level S1 hingga S3. Sebagai negara maju, Korea Selatan ini bisa menjadi tujuan untuk kuliah dan mengembangkan karir di bidang riset.
Diskusi ini menghadirkan cerita para santri yang meraih beasiswa di Korea yakni Marihel Parda Winda, peraih beasiswa S1 dari Global Korean Scholarship (GKS) di Jeonbuk National University; Mohamad Habibi peraih beasiswa S2 GKS di Kongju National University; dan Nur Istianah, peraih beasiswa profesor untuk studi S3 di Kyungpook National University.
Dalam diskusi yang dihadiri sekitar 80 peserta itu, para pembicara berbagi kisah cara mendapatkan beasiswa, mempersiapkan berkas-berkas lamaran dan menceritakan iklam riset di universitas di Korea Selatan.
Dengan dukungan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Korea, ISNU membuka pendaftaran mentoring untuk melamar beasiswa di Korea hingga 31 Agustus 2021. Program ditujukan kepada para calon lulusan SMA hingga lulusan S2 yang ingin melanjutkan studi di universitas di Korea. Selama September, 25 peserta pilih akan mendapat mentoring dari tim mentor yang telah berpengalaman meraih beasiswa di Korea.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Seoul Gogot Suharwoto mendukung penuh program-program untuk meningkatkan jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di universitas di Korea. “Jika belajar di sini, santri bisa belajar di universitas dengan dukungan sistem pendidikan dan riset yang berkualitas,” kata Gogot.
Menurut Gogot, kuota kursi pendidikan tinggi di Korea tidak pernah turun, sementara jumlah mahasiswa domestik terus menurun seiring dengan rendahnya tingkat kelahiran di Korea. “Adanya gap itu bisa menjadi peluang bagi mahasiswa Indonesia untuk bisa masuk di universitas di Korea,” ujarnya.
Ketua Lembaga Pendidikan Ma'arif NU KH Arifin Junaidi, yang memberikan sambutan pada awal kegiatan, juga berharap makin banyak santri yang bisa belajar di Korea.
"Kualitas pendidikan bagus. Kelak setelah sekolah para santri bisa berkontribusi untuk memajukan Indonesia," ujarnya.
Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Kendi Setiawan