PCINU Sedunia Minta Pemerintah Integrasikan Data dan Dengarkan Saran Ahli Covid-19
Senin, 20 April 2020 | 08:00 WIB
"Penting banget informasi yang transparan, sekaligus membuka data-data terkait Covid-19 agar mudah diakses publik. Kalau informasinya tidak tepat, jadi menimbulkan kesalahpahaman."
Dr. Arief Wibowo menegaskan bahwa para ahli semisal epidemiologist, dan data saintis, harus mendapat ruang besar dan atensi dari pemerintah. Kebijakan-kebijakan medis pemerintah Indonesia sudah seharusnya merujuk para ahli.
"Kita ini datanya tidak terintegrasi. Harusnya sejak awal kalau data penduduk dari E-KTP bagus, bisa terintegrasi sebagai data nasional, yang memudahkan kebijakan strategis. Ini penting dalam pengelolaan krisis dan perlu penanganan seperti saat ini," ungkap dokter yang pernah menjadi Ketua PCINU Belgia itu dalam diskusi yang digelar oleh Jaringan Media PCINU Sedunia pada Sabtu (18/4) malam WIB.
Dalam kajian yang dipandu Abdul Rahman dari Gusdurian dan Gerakan Pemuda Ansor Malaysia ini, dr Arief juga menyampaikan pengalamannya dalam membantu penanganan Covid-19 di Indonesia. Selama ini, ia bertugas di RSUP Hasan Sadikin Bandung. Ia bercerita bagaimana perjuangan tenaga medis dalam penanganan Covid-19, hingga banyaknya dokter dan perawat yang meninggal dalam bertugas.
"Pemerintah Indonesia harus lebih serius dalam penanganan Covid-19. Banyak sekali tangangan yang harus dicarikan solusinya. Pemerintah sudah seharusnya mendengarkan saran ahli, sekaligus mengaplikasikan dalam kebijakan," terang yang menempuh studi di Cardiovascular UZ Gasthuisberg Leuven, Belgia itu.
Sementara itu, dr Amalia Mulia Utami mengisahkan pengalamannya sebagai tim Satgas Covid-19 di Universitas Hasanuddin Makassar. Ia menganalisis betapa butuh kerjasama dari perbagai pihak, agar ada percepatan penanganan Covid-19.
"Saya beberapa bulan ini, membantu tim Satgas Covid-19 di Universitas Hasanuddin Makassar. Jadi, saya sangat tahu data-data medis sekaligus kebutuhan di rumah sakit untuk penanganan Covid-19, juga APD dan alat kesehatan yang terbatas," jelas Staf Patologi Anatomi Unhas Makassar itu.
Menurut pengurus PCINU Belanda itu, komunikasi pemerintah terhadap warga untuk kasus Covid-19 masih sangat kurang. Ia menjelaskan perlu ada komunikasi yang lebih intens dan informatif agar rakyat Indonesia aware sekaligus mengerti bahaya Covid-19.
"Penting banget informasi yang transparan, sekaligus membuka data-data terkait Covid-19 agar mudah diakses publik. Kalau informasinya tidak tepat, jadi menimbulkan kesalahpahaman. Semisal, pasien tidak mengaku kalau terinfeksi Covid-19, dan lain sebagainya," imbuh dokter yang menempuh studi di Amsterdam University Medical Center, University of Amsterdam, Belanda itu.
Bersama tim-nya, dr. Amy membangun sebuah website untuk mengedukasi masyarakat tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan Covid-19. Dari website ini, diharapkan publik luas dapat mengakses informasi penting terkait dengan pencegahan dan penanganan Covid-19.
Kajian online yang diselenggarakan Jaringan Media PCINU Sedunia, digelar untuk saling berbagi perspektif dan menghadirkan solusi. Munawir Aziz, koordinator Jaringan Media PCINU Sedunia, mengungkapkan bahwa banyak expert dari Indonesia yang selama ini menjadi pekerja profesional di level internasional.
"Bersama teman-teman PCINU Sedunia, saya ingin mendeseminasi gagasan dan riset dari para ahli yang selama ini bekerja di level internasional. Banyak dari mereka, yang pakar virus dan medis, ahli teknologi, maupun profesional keuangan, berlatar belakang santri. PCINU menjadi jembatan silaturahmi gagasan sebagai dari para ahli yang tersebar di berbagai negara," terang Munawir, yang juga sebagai Sekretaris PCINU Inggris.
Kajian PCINU Sedunia ini, lanjutnya, digelar dua kali dalam satu bulan. Kegiatan ini menghadirkan ahli dari pelbagai negara, untuk bersama-sama menghadirkan gagasan-gagasan kreatif yang membantu Indonesia.
Pewarta: Syakir NF