Internasional

PCINU Turki Gelar Maulid Nabi, Refleksikan Keteladanan Rasulullah dalam Angkat Kesetaraan

Selasa, 8 Oktober 2024 | 08:00 WIB

PCINU Turki Gelar Maulid Nabi, Refleksikan Keteladanan Rasulullah dalam Angkat Kesetaraan

Ilustrasi Maulid Nabi Muhammad saw. (Foto: istimewa)

Istanbul, NU Online

Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Turki bersama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Istanbul menggelar acara peringatan Maulid Nabi Muhammad saw 1446 H di Tügva (Türkiye Gençlik Merkezi) Istanbul pada Ahad (6/10/2024). 


Kegiatan ini mengusung tema Menginternalisasi Nilai Spiritual dan Sosial Nabi Muhammad dalam Aktivitas Akademik dan Organisasi.

 
Maulid Nabi ini menjadi momentum penting dalam upaya meneladani perjuangan Nabi Muhammad saw dan menjadi ajang silaturahmi diaspora Indonesia di Istanbul. 


Berbeda dengan pergelaran maulid pada umumnya yang kental dengan konsep ceramah oleh para kiai, Maulid kali ini menggagas konsep diskusi panel dua arah, yakni peserta acara diperkenankan untuk bertanya dan memberikan pandangan mengenai materi yang disampaikan.


Acara ini dihadiri oleh Konsulat Jenderal RI (KJRI) Istanbul dan 109 peserta, baik dari kalangan diaspora maupun para pelajar Indonesia yang tengah menjalani pendidikan di Turki.

 
Muhammad Akbar Angkasa, salah satu mahasiswa doktoral di Turki, dalam tausiyahnya mengajak para diaspora Indonesia untuk kembali mengingat perjuangan Nabi dengan menormalisasikan membaca Sirah Nabawiyyah. Sebab, untuk meneladani kehidupan baginda Nabi, iman taqlidi saja tidak cukup, melainkan harus dibekali dengan rasio atau burhani yang kita dapatkan melalui literasi bacaan. 


Di samping itu, ia juga menyampaikan bahwa perjuangan Nabi diawali keresahan melihat kejahiliyahan masyarakat Arab dan dominasi kekabilahan. Dalam definisi Ibnu Khaldun, hal itu disebut sebagai keterikatan ashabiyah atau paham kesukuan yang sangat kuat. Kemudian Islam datang dengan konsep kedamaian dan kesetaraan tanpa memandang suku bangsa. 
 

“Sebelum diberikan wahyu, beliau (Nabi Muhammad SAW.) mengalami krisis dalam artian krisis pada moral masyarakat yang biasa disebut Jahiliyyah.” ungkapnya. 

 
Menyambung penyampaian terkait Sirah Nabawiyyah, Fathan Rahman, mahasiswa sarjana yang sedang menempuh pendidikan di Sakarya Üniversitesi, memaparkan sifat organisatoris Nabi Muhammad saw semasa hidupnya. Nilai-nilai tersebut, menurutnya, bisa menjadi contoh yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

 
Salah satu pembelajaran penting bagi seorang pemimpin yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw adalah adanya sense of crisis, yaitu pemahaman mendalam tentang permasalahan yang terjadi dan keinginan adanya perubahan (baik) bagi masyarakatnya. 

 
“Tidak mungkin kita bisa menjadi pemimpin, jika kita tidak memiliki sense of crisis, tidak memahami permasalahan yang terjadi di masyarakat”, ujarnya.
 
 
Fathan menambahkan bahwa cara Nabi Muhammad saw menangani krisis adalah dengan membangun sumber daya manusia, membenahi akhlak, dan memberantas kebodohan.


Lalu ia menekankan bagaimana Nabi Muhammad saw juga mencontohkan pentingnya memaksimalkan potensi dan peran dari individu. 
 

Poin-poin di atas menggarisbawahi pentingnya sifat organisatoris pada jiwa-jiwa muda yang akan melanjutkan kepemimpinan, sehingga dapat melahirkan pemimpin-pemimpin intelektual di masa depan. 

 
Iqro, mahasiswa Istanbul Üniversitesi menyampaikan, “Materi yang disampaikan Mas Akbar dan Mas Fathan sangat luar biasa, karena Sirah Nabawiyyah ini menjadi pengingat bagi kita pelajar untuk selalu berkontribusi sesuai keahlian kita masing-masing”.
 
 
Sementara itu, Zuhal Azzam, seorang mahasantri di Turki mengungkapkan, “Sebagai seseorang yang tinggal jauh dari Indonesia, adanya acara Maulid ini memberikan perasaan berkumpul kembali dengan keluarga dan teman, merayakan hari khusus (Maulid Nabi) yang tidak ditemukan disini (Turki) serta memperkuat kecintaan kita kepada Nabi Muhammad saw melalui perayaan ini”. 
 

Acara Maulid Nabi yang diselenggarakan oleh PCINU Turki dan PPI Istanbul ini menjadi momentum berharga untuk memperdalam nilai-nilai spiritual dan sosial Nabi Muhammad saw, terutama bagi pelajar yang sedang menempuh pendidikan di Bumi Utsmani.


Antusiasme peserta, baik dari kalangan pelajar maupun diaspora, menandakan bahwa ajaran luhur Rasulullah masih tetap hidup dan sangat relevan. Selain sebagai wadah refleksi, acara ini menjadi momentum untuk mempererat tali silaturahmi bagi warga negara Indonesia di Turki serta menciptakan rasa kebersamaan yang kuat.
 
 
Kontributor: Fajri Yaqin