Satu Diplomatnya Terbunuh, Prancis Desak Gencatan Senjata Permanen di Gaza
Senin, 18 Desember 2023 | 20:00 WIB
Jakarta, NU Online
Kementerian Eropa dan Luar Negeri Prancis mengutuk pemboman Israel terhadap bangunan tempat tinggal di Rafah yang menewaskan salah satu diplomatnya. Wilayah itu sebelumnya dinyatakan sebagai zona aman.
"Prancis mengutuk pemboman terhadap bangunan tempat tinggal yang menyebabkan kematian banyak warga sipil lainnya. Kami menuntut agar semua pihak berwenang Israel menjelaskan kejadian pemboman ini, secepat mungkin," kata Menteri Eropa dan Luar Negeri Prancis Catherine Colonna dilansir dari Al Jazeera, Senin (18/12/2023).
Staf yang belum disebutkan namanya itu dilaporkan sedang berlindung di rumah rekan dari konsulat Prancis. Gedung tersebut diserang pada hari Rabu (13/12/2023) malam. Staf itu meninggal karena luka-lukanya. Selain itu, 10 orang lainnya yang berlindung di sana juga meninggal.
Colonna meminta gencatan senjata permanen di Gaza mendesak Israel untuk melindungi kehidupan warga sipil sebagaimana diwajibkan oleh hukum internasional. "Terlalu banyak warga sipil yang terbunuh," kata Colonna.
Ia menambahkan bahwa pihaknya sangat prihatin atas situasi di wilayah Palestina yang dilanda perang.
Berdasarkan laporan kementerian, staf tersebut telah bekerja dengan pemerintah Perancis di Gaza sejak tahun 2002. Hingga pada saat kejadian, staf tersebut masih berada di Gaza, sementara beberapa anggota keluarganya telah dievakuasi dari Gaza.
"Rekan kami telah bekerja untuk Prancis sejak 2002," tuturnya.
Colonna juga mengutuk meningkatnya serangan pasukan Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki.
"Sayangnya, sejak 7 Oktober, beberapa pemukim, didorong oleh kebutaan ideologi. Mereka telah melakukan kejahatan" terhadap warga Palestina," katanya.
Menurut laporan Palestinian Central Bureau of Statistics, militer Israel telah membunuh sekitar 19.097 warga Palestina.
PCBS mencatat 18.800 korban jiwa Palestina berada di Jalur Gaza dan 297 korban jiwa di Tepi Barat. Sementara itu, sebanyak 7.780 orang dinyatakan hilang.
Sementara itu, 54.504 lainnya orang terluka dalam genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu. Mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.