Terungkap Masalah yang Dialami Jamaah Haji Malaysia Tahun 2023
Sabtu, 8 Juli 2023 | 12:30 WIB
Jakarta, NU Online
Pada musim haji 2023 kali ini, berbagai masalah dihadapi oleh jamaah selama menjalani ibadah haji. Bukan hanya Indonesia, negara-negara lain yang mengirimkan jamaahnya juga mengalami hal serupa, termasuk Malaysia.
Masalah yang dialami jamaah Malaysia, terutama terkait pelayanan saat puncak haji yang sering disebut Armina (Arafah, Muzdalifah, Mina). Hal ini diungkapkan Direktur Eksekutif Tabung Haji Malaysia Dato Sri Syed Saleh sebagaimana dilaporkan Jurnalis NU Online, Mahbib Khoiron langsung dari Makkah, Arab Saudi, Jumat (7/7/2023).
"Ada tenda yang tidak siap digunakan, air juga tidak cukup. Masalah air di Arafah menjadi isu cukup besar. Katering di Arafah juga lambat," ungkapnya setelah melakukan kunjungan ke Kantor Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja (Daker) Makkah di Syisyah.
Baca Juga
Adakah Anjuran Selamatan Sepulang Haji?
Pada ritual haji utama tersebut, tenda jamaah sangat padat dengan fasilitas yang tidak standar seperti kualitas pendingin udara di Mina sudah tidak memadai. Selain itu terjadi juga keterlambatan dalam distribusi katering bagi jamaah.
Menurutnya, hal itu tidak lain akibat kinerja Mashariq yang tidak profesional. Padahal, Mashariq adalah perusahaan swasta yang ditunjuk otoritas Arab Saudi untuk melayani jamaah haji dari beberapa negara di Asia Tenggara.
Pihaknya juga mengeluhkan soal kemacetan yang terjadi saat jamaah haji akan bergeser dari Muzdalifah ke Mina. Kondisi itu juga menjadi bagian yang perlu diperbaiki lagi di masa yang akan datang.
"Situasi di Mina juga amat teruk (parah) sekali. Tabung Haji juga menekankan ke Mashariq, bahwa tidak seharusnya mereka menerima jamaah non kuota dalam maktab. Harus ada maktab khusus bagi jamaah furoda dan non-kuota," ungkapnya.
Belum lagi keberadaan kasur di Mina yang justru mempersempit ruangan dengan ukuran ruangan sama dengan tahun lalu. Terlebih para jamaah tetap mempertahankan kasurnya sehingga ruangan menjadi sempit. Pihaknya sedang memikirkan menggunakan karpet tebal sebagai pengganti kasur untuk musim haji tahun depan.
"Pendingin udara atau di Mina juga kurang dingin. Itu sudah 25 tahun belum diganti. Bahkan, ada satu maktab di mana saluran air kotorannya (najis) bocor, maktab 82," sambungnya.
Malaysia, kata Syed Saleh, setuju bahwa persoalan yang terjadi di Armina tidak bisa dibiarkan. Untuk itu, protes atau komplain dari masing-masing pihak harus disampaikan.
"Kita lakukan upaya diplomatik. Menteri kita sudah sampaikan ke Menteri Tawfiq pada 12 Dzulhijah. Kita sedang himpun data untuk sampaikan komplain secara formal," ujarnya tentang komplain yang akan dipertegas dengan komplain resmi (tertulis).
"Insyaallah kita bersama dengan rombongan Indonesia senantiasa mempunyai perbincangan secara berterusan dengan pihak berwajib, termasuk Kementerian Haji, Mashariq, dan lainnya untuk memastikan bahwa apa yang berlaku (terjadi tahun ini) tidak akan berlaku lagi (terulang) pada tahun-tahun mendatang," imbuhnya dikutip dari laman Kemenag.
Terkait dengan kuota jamaah haji tahun 2023, awalnya Malaysia mendapatkan 31.600 jamaah dan kemudian mendapat tambahan kuota untuk 1.000 jamaah. Seperti Indonesia, pemberangkatan jamaah haji Malaysia terbagi dalam dua gelombang.
Saat ini, jamaah gelombang pertama sudah dipulangkan ke Malaysia secara bertahap sejak 5 Juli 2023. Sampai hari ini tercatat sudah ada 2.000 jamaah yang kembali ke Malaysia. Sementara untuk jamaah haji gelombang kedua, akan mulai diberangkatkan dari Makkah ke Madinah mulai 12 Juli 2023.
Sejak 2018, Malaysia sudah tidak menerapkan lagi ibadah Arbain bagi jamaah haji mereka. Hal ini dilakukan dalam upaya mengurangi biaya di Madinah karena harus tinggal selama 8-9 hari untuk shalat berjamaah di Masjid Nabawi.
"Jamaah hanya tinggal 6 hari di Madinah, jadi tidak ada Arbain. Kami memang sudah lama tidak ada Arbain. Alhamdulillah diterima baik. Tidak ada yang complain,” jelasnya.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan