Cerita Haru saat Pesantren Istabroq Sukabumi Diterjang Banjir: Bangunan Amblas hingga Lemari Santri Hanyut
Ahad, 15 Desember 2024 | 16:00 WIB
Saat bangunan dan lemari santri hanyut terbawa arus Sungai Cimandiri. (Foto: NU Online Jabar/Amus Mustaqim).
Sukabumi, NU Online
Bencana banjir bandang yang melanda Sukabumi pada 4 Desember 2024, masih menyisakan duka dan cerita haru bagi santri di Pondok Pesantren Istabroq di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.
Pesantren asuhan KH Badru Tamam itu diterjang banjir pada hari ketiga bencana. Padahal, selama dua hari setelah diguyur hujan para santri telah berupaya melakukan langkah antisipasi.
Kiai Badru mengungkap cerita haru detik-detik meluapnya Sungai Cimandiri hingga air banjir merendam pesantren, bahkan membuat bangunan pondok amblas. Tak hanya itu, banjir ini juga menyapu barang-barang milik santri, yakni gazebo, alat masak, kitab, hingga lemari pakaian yang hanyut terbawa arus.
"Kita sudah berusaha antisipasi dan melakukan persiapan dengan melakukan penjagaan, itu hari Senin, karena melihat curah hujan yang terus terusan dua hari dua malam," ungkapnya, sebagaimana dikutip NU Online Jabar.
Kiai Badru mengaku sudah melakukan pengawasan dan penjagaan sejak Selasa, 3 Desember 2024, baik oleh para santri maupun masyarakat sekitar, karena memang lokasi pesantren berada di bantaran Sungai Cimandiri.
"Jadi banjir itu bisa dikatakan banjir tahunan, tapi nggak sampai meluas seperti kemarin. Seumur hidup saya jadi orang sini baru pertama kali ada banjir seperti begitu. Makanya kami itu benar-benar panik saat melihat banjir seperti itu apalagi kejadian waktu siang," jelasnya.
"Selasa dini hari itu masyarakat dan santri masih jaga, Alhamdulillah jam setengah 2 malam itu air memang sudah naik, tapi tidak sampai ke teras rumah, begitu jam 2 langsung surut," kata Kiai Badru.
Saat banjir surut, santri dan masyarakat langsung membersihkan material lumpur yang sempat naik ke teras pondok dengan dibantu kepala desa Jayanti.
Namun saat semuanya sudah selesai dan siap beristirahat, tiba tiba pada Rabu, 4 Desember 2024 pukul 08.00 WIB pagi, Sungai Cimandiri kembali meluap dan merendam area pondok.
"Pak kades pulang, saya mau tidur, anak santri pada istirahat tidur karena malamnya sudah berjaga, hujan kan terus terusan, itu benar benar nggak terprediksi, nggak ketahan, mulai banjir itu sekitar jam 8 pagi, mulai terlihat itu, nggak ada persiapan kita, karena perasaan kita nggak mungkin banjir naik air seperti itu," ungkapnya.
Meski begitu, Kiai Badru tetap merasa bersyukur karena banjir besar terjadi pada siang hari. Menurutnya, jika banjir datang pada malam hari maka pasti akan ada banyak santri yang menjadi korban.
"Alhamdulillah ada hikmahnya. Kalau malam mungkin banyak yang korban, pas kejadian anak-anak santri hanya bisa melihat pakaian-pakaian, lemari, kitab dan peralatan lainnya hanyut. Sempat ada anak santri berusaha mengambil lemari yang hanyut, saya langsung tegur, yang penting nyawa dulu, alhamdulillah tidak ada korban jiwa," imbuhnya
Kiai Badru juga menyebut bahwa ketinggian air yang meluap di luar prediksi, bahkan melebihi ketinggian luapan sebelumnya. Bangunan rumah yang berada di bagian bawah pun terendam hingga tiga meter.
"Bangunan rumah, saat terjadi banjir terendam, kurang lebih 3-4 meter. Kalau diukur dari kali Sungai Cimandiri mungkin sekitar 6-7 meter air naik," paparnya.
Setelah air mulai surut, nyaris seluruh barang santri, mulai dari pakaian, kitab, dan perlengkapan lainnya hilang karena hanyut terbawa derasnya arus sungai.
"Semua hilang, kitab yang baca sehari-hari (hanyut). Waktu itu karena memang ada yang kita izinkan pulang sejak Senin, Selasa karena orang tuanya sudah pada jemput, santri yang ada paling saat kejadian banjir ada sekitar 70 orang, dari 200 orang lebih santri yang ada," paparnya.
Baca selengkapnya di sini.