Ahli Kesehatan Beberkan Tips Jaga Hidrasi Selama Ramadhan
Selasa, 19 Maret 2024 | 11:00 WIB
Dokter Nurul Ratna saat menjadi narasumber dalam Dialo Ramadhan bertajuk Nikmat Menjalankan Gaya Hidup Sehat di Masjid An-Nahdlah PBNU, Jakarta, Senin (19/3/2024).
Jakarta, NU Online
Ahli kesehatan dari Indonesian Hydration Working Group (IHWG) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Nurul Ratna membeberkan penjelasan mengenai pentingnya hidrasi dan tips atau cara yang tepat untuk menjaganya selama berpuasa.
"Minum itu penting sekali karena itu upaya untuk menjaga kesehatan. Ketika bulan puasa, diharapkan kita tidak kekurangan air minum," ungkap dalam Dialog Ramadhan Nikmat Menjalankan Gaya Hidup Sehat di Masjid An-Nahdlah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta Pusat, pada Senin (18/3/2024).
Selama bulan puasa, Nurul menilai penting bagi setiap individu untuk memperhatikan asupan cairan yang cukup. Ia menyarankan agar perempuan dewasa minum minimal 7 gelas per hari, laki-laki dewasa disarankan untuk minum minimal 8 gelas per hari, dan anak-anak di atas 6 tahun disarankan untuk minum minimal 6 gelas per hari.
Ia menekankan bahwa setiap hari tubuh manusia membutuhkan sekitar 2 liter air. Jika dikonversi dalam dalam satuan mililiter, seseorang bisa mengonsumsi 8 gelas air putih per hari dengan masing-masing sajian sekitar 250ml.
Dalam bulan puasa ini, Nurul mengingatkan aturan minum harus diatur dengan cermat karena tidak diperbolehkan minum dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
Cara mengaturnya adalah dengan minum air putih setidaknya satu gelas saat berbuka dan sebelum melaksanakan shalat maghrib. Setelah shalat maghrib, disarankan untuk menghindari minuman bersoda atau manis lainnya, dan lebih baik minum air putih.
“Diharapkan setelah makan buka puasa air putihnya 2 gelas. Jadi kalau shalat tarawih jangan lupa bawa botol minum. Kemudian menjelang tidur minum lagi. Bangun tidur sampai sahur minum 2 gelas,” tutur perempuan yang berprofesi sebagai dokter spesialis gizi klinik itu.
Adapun syarat air minum yang baik adalah air yang tidak berwarna, tidak berbau kalau dirasakan, dan tidak ada rasanya. Kemudian, jika diperhatikan di bawah sinar, tidak menunjukkan adanya butiran-butiran halus.
Ia tidak menyarankan untuk mengonsumsi air keran yang dipanaskan terlebih dahulu. Sebab meskipun virus hilang, tetapi bahan kimia dalam air tersebut belum tentu hilang.
“Kalau kuman bakteri virus mungkin hilang, tapi untuk cemaran kimia dan logam berat belum tentu hilang. Sumber airnya dari mana itu penting sekali. Pastikan bahwa air minum itu tidak cukup hanya direbus saja,” paparnya.
Nurul juga menyarankan agar saat sahur, perlu memperhatikan asupan makanan yang tepat dengan makanan pokok dan lauk-pauk yang bergizi. Ia menegaskan pentingnya untuk tidak hanya mengonsumsi makanan manis atau berlemak saja.
Selain itu, saat berbuka puasa, disarankan untuk tidak berlebihan dalam mengonsumsi makanan dan minuman.
"Dalam menyambut bulan suci ini, mari kita semua menjaga kesehatan kita dengan memperhatikan pola makan dan minum yang seimbang. Kesehatan adalah prioritas utama," tutup Nurul.