Mengenal Hepatitis Akut 'Misterius' yang Menyerang Anak, Ini Gejala dan Tandanya
Kamis, 5 Mei 2022 | 14:04 WIB
Jakarta, NU Online
Kejadian hepatitis akut yang menyerang anak akhir-akhir ini tengah menghebohkan masyarakat Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bahkan menyampaikan terdapat 3 anak meninggal akibat hepatitis akut tersebut.
Ketiga anak tersebut merupakan pasien dari rumah sakit di Jakarta Timur dan Jakarta Barat, sebelum akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat.
Adapun gejala yang ditemukan pada pasien tersebut adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang, dan penurunan kesadaran.
Baca Juga
Manfaat Wudhu bagi Kesehatan Tubuh
Sementara ini, Kemenkes tengah berupaya melakukan investigasi terkait kejadian hepatitis akut melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap.
Kemenkes melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mengeluarkan Surat Edaran (SE) nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown Aetiology).
Hal tersebut ditujukan sebagai imbauan kepada seluruh masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dini akan penemuan kasus hepatitis akut misterius itu.
“Selama masa investigasi, kami menghimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang. Lakukan tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi, dikutip NU Online pada Kamis, (5/5/2022).
Gejala dan tanda
Melansir media sosial Instagram resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia disebutkan beberapa gejala dan tanda dari hepatitis akut misterius tersebut.
Gejalanya yakni meliputi penurunan kesadaran, demam tinggi atau riwayat demam, perubahan warna urin gelap dan atau feses pucat, kuning, gatal, nyeri, sendi atau pegal-pegal, mual muntah atau nyeri perut, lesu dan atau hilang nafsu makan, serta diare.
Adapun tandanya adalah apabila pemeriksaan pasien menunjukkan Serum Aspartate transaminase (AST) atau Alanine transaminase (ALT) lebih dari 500 U/L
Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan berhati-hati. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mencuci tangan, minum air bersih yang matang, makan-makanan yang bersih dan matang, membuang tinja dan atau popok sekali pakai pada tempatnya, menggunakan alat makan sendiri-sendiri, memakai masker, dan menjaga jarak.
Selain itu, jika menemukan anak-anak dengan gejala seperti kuning, mual atau muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran atau kejang, lesu, serta demam tinggi untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
Kronologi temuan hepatitis misterius
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pertama kali menerima laporan pada 5 April 2022 dari Inggris Raya yang menemukan 10 kasus hepatitis akut pada anak-anak yang belum diketahui penyebabnya.
Kasus tersebut dilaporkan terjadi pada anak usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun. Pemeriksaan laboratorium tidak menemukan virus Hepatitis A, B, C, D, dan E sebagai penyebab dari penyakit tersebut.
Pada 8 April 2022, dari hasil penyelidikan lebih lanjut ditemukan 74 kasus di Inggris Raya. Enam anak di antaranya melakukan transplantasi hati.
Pada 11 April 2022, tidak ditemukan adanya kasus kematian akibat hepatitis misterius tersebut.
Pada 21 April 2022, WHO menyampaikan bahwa kasus hepatitis misterius ini ditemukan di sejumlah negara di dunia meliputi, Inggris Raya 114 kasus, Spanyol 13 kasus, Israel 12 kasus, Amerika Serikat 9 kasus, Denmark 6 kasus, Irlandia kurang dari 5 kasus.
Sementara itu di Belanda terdapat 4 kasus, Italia 4 kasus, Norwegia 2 kasus, Prancis 2 kasus, Rumania 1 kasus, dan Belgia 1 kasus. Kasus yang sama juga muncul di Jepang dan Kanada.
Pada Mei 2022, tercatat sudah ada 2 kasus hepatitis akut di Singapura. Kemudian Kemenkes melaporkan tiga kasus kematian akibat hepatitis akut misterius itu pada Ahad (1/5/2022).
Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin