Kesehatan

Pencegahan Risiko Obesitas pada Pasien dengan Gangguan Mobilitas Fisik

Selasa, 13 Juni 2023 | 11:00 WIB

Pencegahan Risiko Obesitas pada Pasien dengan Gangguan Mobilitas Fisik

Ilustrasi (Freepik)

Jakarta, NU Online
Muhammad Fajri (27) menyita perhatian warganet lantaran ia mengalami obesitas dan memiliki bobot tubuh yang mencapai 300 kilogram.


Fajri dievakuasi untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Namun, tubuh Fajri yang besar sempat menyulitkan proses evakuasi hingga dinding rumah terpaksa dijebol. Proses pengangkatan tubuh Fajri bahkan baru bisa dilakukan setelah menggunakan bantuan alat berat forklift. 


Kini, Fajri tengah mendapatkan perawatan intensif di RSCM dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat sejak Jumat (9/6/2023) malam. 


Fajri diketahui mengalami obesitas sejak dirinya menderita sakit di bagian kaki setelah kecelakaan. Fajri mengalami kecelakaan motor setahun lalu yang menyebabkan luka pada kakinya. Kondisi itu membuatnya mengalami gangguan mobilitas dan harus berbaring selama delapan bulan. Kekurangan gerak ini yang diduga membuat bobot tubuh Fajri terus bertambah.

 

Menyoroti kejadian tersebut, Anggota Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LK PBNU) Fahmi Arif Tsani menjelaskan bahwa dengan beberapa catatan tertentu, physical inactivity atau keterbatasan gerak fisik yang dialami Fajri berpotensi memicu obesitas.


"​​​​​Yang perlu diperhatikan karena terbatasnya mobilitas seseorang adalah bagaimana mengatur intake-nya. Ini karena untuk mengatur energi expenditure (energi yang dikeluarkan) sudah tidak punya ruang,” papar Fahmi kepada NU Online, Senin (12/6/2023) malam.


Di tengah-tengah keterbatasan fisik tersebut, lanjutnya, asupan harian harus sangat diperhatikan. Adapun cara mudah yang dapat dilakukan adalah dengan memilih makanan yang tidak mengandung energi berlebih. 


"Kalau kita kaitan teori, paling banyak sumber lemak. Satu gram lemak menyumbang satu kilo kalori. Kedua karbohidrat," ucap Ahli Gizi dari dari Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro itu.


Ia menjelaskan, kebutuhan makan bersifat sangat personal. Tidak bisa disamakan sama satu dengan yang lain. Berkaca pada kasus Fajri, yang bisa dilakukan pasien dengan gangguan mobilitas adalah mengatur asupan harian di tengah terbatasnya gerak akibat kecelakaan. 


"Mengatur tidak berlebih. Kebutuhan makan seseorang sangat berkatan dengan aktivitasnya. Kalau aktivitasnya rendah, ya jangan makan banyak-banyak. Kalau aktivitas sedang, makan porsi sedang. Aktivitas berat boleh makan besar," jabar Fahmi. 

 

Selain itu, ia mengingatkan penting juga untuk membatasi sumber-sumber garam, lemak, dan gula maka atau GGL, memperbanyak konsumsi serat (bersifat mengenyangkan), dan makan sehat dengan gizi seimbang.


"Itu harus dibatasi di semua produk makanan, kita hanya bisa melakukan dengan manajemen diet, karena yang olahraga sudah terbatas. Lalu, memperbanyak serat. Serat itu mempunyai kalori tidak begitu tinggi, tapi memberi efek kenyang lebih lama karena sifat dari serat itu memenuhi lambung lebih lama daripada sumber zat gizi lain," ungkap dia.


"Makan tiga kali sehari sesuai gizi seimbang agar tidak didominasi nasi. Nasi hanya sepertiga saja, sayurnya sepertiga, sepertiga lainnya lauk dan buah," tutup dia.


Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Kendi Setiawan